Hari-hari Terakhir Di Bagdad
Edisi: 08/32 / Tanggal : 2003-04-27 / Halaman : 135 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Fibri, Rommy, ,
Setelah melihat kematian dan banjir darah, wartawan TEMPO Rommy Fibri menyaksikan proses transisi seminggu setelah AS menguasai Irak. Berikut ini petikannya.
MINGGU, 13 APRIL 2003
Setelah lima hari Bagdad dikuasai tentara AS, pemerintahan Irak masih tak kunjung memberikan pertanda kehidupan. Tentara AS hanya berjaga-jaga di beberapa sudut kota, sembari melakukan pemeriksaan intensif terhadap mobil yang lalu-lalang. Di pojok lainnya, acap terdengar milisi yang menembakkan senjatanya ke angkasa.
Situasi tak menentu ini pun menimbulkan komplikasi lain. Sabtu sore, 12 April kemarin, misalnya, ada satu orang yang mati tertembak tentara AS karena dicurigai sebagai milisi bersenjata. Padahal dia adalah penduduk sipil, kata Abu Jamal, seorang penduduk di Jalan Sadoon.
Pada hari Minggu pagi yang tak menentu seperti itu, Kolonel Polisi Ali Taha, yang berseragam lengkap, datang menemui para tentara AS untuk membicarakan kemungkinan preventif agar tidak jatuh korban lebih banyak dari masyarakat sipil. Ini adalah kemunculan pejabat pemerintahan Irak untuk pertama kalinya sejak Bagdad jatuh ke tangan AS. Taha juga mengakui bahwa keamanan masyarakat sipil mulai terancam oleh banyaknya milisi bersenjata. "Makanya kami minta izin agar bisa turun ke jalan untuk menertibkan kota," ujarnya.
Setelah mewawancarai Kolonel Polisi Ali Taha, saya mengelilingi kota. Kehidupan penduduk Bagdad berangsur pulih. Lalu lintas memadat, meski baru ada sedikit toko dan warung yang buka. Mencari makan selepas perang justru lebih sulit daripada di masa perang. Bahkan restoran di Hotel Sheraton pun tutup sejak hari Kamis pekan sebelumnya. "Maaf, kami tutup," kata Farok, pelayan restoran, ketika tamu hotel mengendus mencari makan.
Karena sejak sehari sebelumnya belum makan, saya pun mengajak beberapa teman wartawan dari Indonesia mencari apa saja yang bisa dilahap. Ketika sampai di daerah Karrada Luar, saya melihat warung kebaab. Kecil, nyelempit di pojokan. Bahkan sekilas saya melihat lalat bertebaran di atas meja. Ah, "bismillah" saja, daripada tidak makan seharian. Kami memutuskan untuk menyantap makanan bekas lalat itu dengan nikmat.
SENIN, 14 APRIL 2003
Saya menyusuri sekeliling Hotel Palestine dan Sheraton. Hari itu agak lain dari biasanya. Penjagaan lebih ketat, bahkan untuk menyeberang dari Hotel Sheraton ke Hotel Palestine pun, tas mesti dibuka. Padahal biasanya, ketika kami sudah menunjukkan kartu pers, tas kami tak perlu digeledah lagi.
Pada saat yang bersamaan, di bundaran Firdaus, terjadi demonstrasi. Sejak diduduki AS, hampir setiap hari Bagdad riuh-rendah dengan demonstrasi yang menggugat dan meminta agar tentara AS tak seenaknya menembaki rakyat sipil. Bahkan, sudah lebih berani, mereka minta agar nasib dan masa depan Irak ditentukan sendiri oleh mereka.
Sementara itu, di Hotel Palestine, sudah berkumpul sejumlah tokoh Irak. Ada yang dari Sunni, Syiah, dan bahkan utusan Ahmad Chalabi. Ahmad Muhamad Zubeidy, mewakili Ahmad Chalabi, mengatakan bahwa itu adalah pertemuan awal untuk menyamakan persepsi tentang transisi kepemimpinan. "Yang penting, kami menciptakan keadaan aman dulu," ujarnya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…