Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Syed Hamid Albar: Wilayah Maritim Tidak Ditentukan Oleh Lobi Perusahaan Minyak

Edisi: 03/34 / Tanggal : 2005-03-20 / Halaman : 46 / Rubrik : WAW / Penulis : Wijayanta, Hanibal W.Y. , Assegaf, Faisal ,


JARUM jam telah bergeser dari angka 20.30 WIB, tapi antrean wawancara di President Suite lantai 18 Hotel Borobudur, Jakarta, belum usai. Hampir empat jam Datuk Seri Syed Hamid Albar diwawancarai berbagai media Indonesia, Kamis malam lalu. Beberapa kali ia menjawab pertanyaan dengan tajam, namun lelaki tinggi besar itu sama sekali tak kehilangan kontrol. Jabat erat, tepukan mantap di bahu, serta senyum bersahabat masih saja tersungging di bibir Menteri Luar Negeri Malaysia itu. "Kasihan, Datuk belum makan malam," kata Wakil Duta Besar Malaysia, Adnan Haji Othman, mengingatkan.

Tapi Albar tak mempedulikan perutnya yang keroncongan. Ia memang diutus Perdana Menteri Abdullah Badawi untuk menjabarkan posisi Malaysia kepada khalayak di Indonesia. Ia harus menunjukkan kepiawaiannya berdiplomasi.

Persahabatan dua negeri serumpun tengah terancam gara-gara sengketa perairan Ambalat. Kedua pihak saling klaim dan unjuk taring. Gelar pasukan dilakukan di perairan yang terletak di dagu kepala Pulau Kalimantan itu.

Di Indonesia, sentimen nasionalisme mulai berkobar. Yel-yel ganyang Malaysia kembali terdengar. Beberapa kelompok masyarakat menggelar pendaftaran untuk menjadi sukarelawan "konfrontasi". Sebagian pendemo membakar bendera negeri itu. Dalam sekejap, isu kenaikan harga bahan bakar minyak pun terlupakan.

Namun, upaya diplomatik terus dilakukan. Pekan lalu Albar bertemu dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda membicarakan masalah sengketa ini. Pernyataan bersama untuk menyelesaikan masalah Ambalat dengan damai juga telah dilakukan. Esok harinya, pria kelahiran Kampong Melayu, Air Itam, Pulau Pinang, 15 Januari 1944, itu diterima Presiden. "Kami berbincang mesra," ujarnya kepada wartawan Tempo Hanibal W.Y. Wijayanta, Faisal Assegaf, dan fotografer Bernard Chaniago, yang menemuinya di Hotel Borobudur.

Apa hasil pertemuan Anda dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda?

Saya berjumpa Menteri Luar Negeri saja, tidak dengan pejabat lain. Ini memudahkan kami berbicara secara transparan, terus terang. Dia menceritakan kedudukan Indonesia dan mengapa kasus ini menjadi sensitif. Saya juga menceritakan bagaimana masalah ini menjadi sensitif bagi orang Malaysia. Tapi pemerintah Malaysia mengontrol supaya mereka tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang membingungkan, menggusarkan, ataupun meruncingkan keadaan.

Bagaimana situasi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…