Menyergap Smokel Di Selat Malaka

Edisi: 02/34 / Tanggal : 2005-03-13 / Halaman : 94 / Rubrik : KRI / Penulis : Dewanto, Nugroho , ,


SENJA masih menyemburatkan warna jingga. Namun, di langit, bulan tiga perempat mulai terlihat jelas bersama bintang-bintang. Laut tenang. Angin berembus sepoi-sepoi. Pemandangan dan suasana mengasyikkan di perairan Teluk Nibung seakan menjadi upah perjalanan panjang empat jam dari Pelabuhan Belawan, Medan.

Hari itu saya ikut tim Bea dan Cukai menangkap kapal penyelundup. Tim itu terdiri atas dua petugas khusus dari Jakarta dan 18 awak kapal patroli BC 8001 yang berasal dari Tanjung Balai Karimun, Riau. Wilayah operasi sudah ditetapkan: perairan Teluk Nibung, Sumatera Utara—daerah yang dikenal rawan smokel alias penyelundupan.

Kami bertolak pada Sabtu siang, dua pekan lalu, dari Pelabuhan Belawan. Kapal patroli yang kami gunakan panjangnya 28 meter dan dilengkapi peralatan cukup canggih. Ada alat penentu posisi atau global positioning system (GPS). Juga, radar yang bisa memantau kapal lain hingga radius 12 mil atau sekitar 21,6 kilometer.

Menggunakan mesin bertenaga 2.000 PK, kapal itu mampu melaju sampai kecepatan 23 knot. Jauh lebih cepat ketimbang kapal kayu yang biasa digunakan para penyelundup yang hanya bermesin 360 PK dengan kecepatan 8-10 knot. Di bagian haluan terlihat moncong mitraliur kaliber 12,7. Awak kapal juga dipersenjatai tujuh pucuk senapan semiotomatis Velmet dan dua pucuk revolver.

Laut ramah selama perjalanan menuju Teluk Nibung. Alun ombak hanya seperti buaian. Sesekali gerombolan burung camar terbang menemani kami. Setelah melewati Selat Berhala, kapal mendekati Pulau Pandan dan Pulau Salah Nama. Teringat saya pada pepatah Melayu lama yang sangat terkenal yang agaknya diilhami dua pulau itu:

Pulau Pandan jauh di tengah
Di balik Pulau Salah Nama
Walau badan hancur dikandung tanah
Budi baik dikenang jua

Pada rembang petang kami tiba di perairan Teluk Nibung. Sauh pun dilempar, kira-kira 10 mil dari bibir pantai. Di sini telepon seluler kembali mendapat sinyal walau kadang-kadang hilang. Kemudahan teknologi juga bisa merugikan petugas. Menurut Komandan Patroli, Mahmud, perahu-perahu nelayan yang menjadi antek penyelundup bisa ikut mengirim pesan ke darat mengabarkan kehadiran kami.

Sekarang saat penantian. Sebagian awak mengisi waktu dengan bermain gaple di buritan. Sebuah perahu nelayan tiba-tiba…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…