Maut Di Sanggar Senam
Edisi: 52/33 / Tanggal : 2005-02-27 / Halaman : 49 / Rubrik : KRI / Penulis : Dewanto, Nugroho , Yuliawati, Lis , Siswanto
KEPULAN asap rokok meliuk di sela jemari Halida, 45 tahun. Wajah wanita berdarah Arab itu menyiratkan ketegangan. Rambut ikalnya, kendati dijepit di bagian tengah, terlihat berantakan. Isapan rokok tak membuatnya lebih tenang di depan penyidik dari Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta yang memeriksanya, Selasa pekan lalu.
Sesekali wanita yang mengenakan kemeja hitam sesiku itu menoleh ke arah kiri belakang. Di sana duduk Adnin Hasan, 35 tahun. Halida, yang biasa dipanggil Ida, seakan berharap pria tegap berkumis yang memakai kaus krem itu melindunginya. Tapi ia harus menelan kecewa. Adnin sendiri tampak lesu dengan wajah menekuri lantai.
Ida dan Adnin merupakan anggota komplotan pembunuh Barkah Hanni dan sopirnya, Rahmat. Mereka ditangkap di daerah Cakung, Jakarta Timur, pada 15 Februari lalu. Tersangka lain adalah Matlub Subono dan Leo Hasibuan, yang sudah ditangkap lebih dulu.
Kasus itu menarik perhatian publik lantaran Hanni, 45 tahun, adalah istri Abdurrahman Pellu, Direktur Operasi Badan Intelijen Negara (BIN). Mayat sang istri dan sopirnya ditemukan pada Minggu sekitar pukul 04.00, dua pekan lalu. Mereka berada dalam mobil Mitsubishi L-300 yang pecah kaca depannya dan berhenti di tepi Jalan Raya Setu, Bintara Jaya, Bekasi. Hanya terpaut 15 meter dari jalan tol Cakung-Cilincing. Sekilas keduanya seperti korban kecelakaan lalu lintas.
Sewaktu ditemukan oleh Achyar, seorang tukang ojek, kondisi mayat sungguh menyedihkan. Bagian kepala Hanni, yang juga berdarah Arab seperti Ida, retak akibat pukulan benda tumpul. Di bagian dada ada bekas tusukan senjata tajam.
Kondisi jenazah Rahmat lebih mengenaskan. Belasan tusukan menghiasi dada, perut bagian kiri, lengan kiri, punggung, dan pinggang sopir malang itu. "Ada bekas pukulan palu di dahi laki-laki itu hingga menyerupai kubah," kata dr Mun'im Idris dari RS Cipto Mangunkusumo yang mengotopsi jenazah.
Tak ayal, polisi segera menduga keduanya menjadi korban pembunuhan, bukan kecelakaan lalu lintas. Dari identifikasi di lokasi penemuan mayat, polisi juga tak menemukan bercak darah. Terbit kecurigaan korban tak dibunuh di tempat itu. "Mereka dibunuh di tempat lain," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Bekasi, Komisaris Polisi Yudi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…