Akrobat Politik Sby
Edisi: 02/33 / Tanggal : 2004-03-14 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Sepriyossa, Darmawan , Sugiharto, Jobpie
UNTUK sementara bara itu padam sudah. Ketika dicegat wartawan usai memberikan ceramah di Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta, Rabu pekan lalu, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono meneguhkan sikap. "Saya tidak ingin berpolemik. Biarkan saya menjalankan tugas saya sebagai menteri," katanya. Raut muka Menteri Yudhoyono bersemu merah dan tampak tegang. Setelah keterangan pers pendeknya itu, Yudhoyono bergegas meninggalkan juru warta.
Lalu ia tutup mulut. Kata seorang pembantunya, kementerian ini sudah memutuskan tak memberikan konferensi pers, tak akan meladeni permintaan wawancara khusus, dan hanya akan bicara jika dicegat wartawan. "Yang sudah dingin tak usah dipanaskan lagi," kata Alex Bambang Ryatmojo, Deputi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Bidang Komunikasi dan Informasi. Bagai pertunjukan wayang kulit, hari itu dalang memilih tancep kayon.
Semula diduga perseteruan Taufiq Kiemas--anggota DPR asal PDIP dan suami Presiden Megawati--dengan Yudhoyono bakal "membakar" halaman muka surat kabar selama berpekan-pekan. Perang itu dimulai ketika Taufiq Kiemas menyebut Menteri Yudhoyono kekanak-kanakan. "Masa, jenderal bintang empat kayak anak kecil begitu," kata Taufiq kepada wartawan di sela-sela pembekalan juru kampanye PDI Perjuangan di Jakarta Selasa pekan lalu.
Pernyataan Taufiq ini mengomentari Sekretaris Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Sudi Silalahi, yang mengeluh bahwa bosnya tak lagi dilibatkan Presiden Megawati dalam mengambil beberapa keputusan politik penting. "Bapak bertanya apakah Polkam diundang atau dilibatkan dalam keputusan untuk berkeliling daerah, terutama yang melibatkan pejabat Polkam," kata Sudi seperti dikutip harian Republika. Selanjutnya, Yudhoyono mengeluh. "Mengapa, ya, dalam enam bulan terakhir ini, Kementerian Politik dan Keamanan pada beberapa kali rapat kabinet tidak dilibatkan?" kata Sudi mengutip Yudhoyono.
Menteri kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 ini memang patut gelisah. Ia, misalnya, tidak dilibatkan dalam Tim Pemantau Persiapan Akhir Pemilu, yang sejak 26 Februari lalu mulai berkeliling daerah. Sebagai kepala tim, Presiden Megawati memilih Sekretaris Kabinet Bambang Kesowo. Menurut Kesowo, "Presiden ingin agar masalah pemilu cepat dapat dicek oleh mereka yang berwenang langsung, dalam hal ini KPU dan Panitia Pengawas Pemilu."
Yudhoyono atau wakil dari kementeriannya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…