Nazaruddin Sjamsuddin: Kpu Bukan Superman

Edisi: 02/33 / Tanggal : 2004-03-14 / Halaman : 40 / Rubrik : WAW / Penulis : Firmansyah, Arif


PEMILU tanggal 5 April 2004 adalah keputusan bersama yang tak bisa ditawar. Perhelatan sebesar itu memang mengundang aneka pihak yang berkepentingan: dari yang mencoba menangguk untung semata hingga yang menginginkan tegaknya tradisi demokrasi. Dan begitu lampu darurat terlihat--meski tentu masih samar--muncul bermacam reaksi. Para akademisi sibuk melontarkan kritiknya. Begitu juga lembaga pemerintah.

Badan Intelijen Negara mengungkapkan kemungkinan kegagalan Pemilu 2004. Selasa lalu, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Pertahanan DPR, Kepala Badan Intelijen Negara, A.M. Hendropriyono, menyatakan: berdasarkan analisis intelijen, kegagalan itu disebabkan oleh ketidaksiapan penyelenggara pemilu. Sedangkan Departemen Dalam Negeri menyodorkan bantuan penyediaan kotak suara, tatkala melihat titik kritis di situ.

Semua ingin melakukan kontrol, semua menyoroti kinerja KPU yang dianggap membahayakan elemen demokrasi utama itu. Memang ada keterlibatan anggota KPU dalam mekanisme tender pengadaan logistik, berikut broker-broker dalam proyek besar itu, ijazah palsu sejumlah calon anggota legislatif, yang patut dipertanyakan. Namun Nazaruddin Sjamsuddin, Ketua KPU, mengingatkan soal kontrol yang semakin ketat melilit KPU itu. "Jangan sekarang, karena akan menghambat kerja KPU," ujarnya. Silakan periksa setelah pemilu nanti, Nazaruddin menambahkan seraya berjanji, bagaimanapun caranya, pemilu tetap berlangsung 5 April.

Banyak pertanyaan yang perlu dilontarkan kepada KPU. Berikut adalah wawancara Arif Firmansyah, Widiarsi Agustina, dan Nurdin Kalim dari TEMPO dengan Nazaruddin, Rabu sore pekan lalu, di Kantor KPU di Jalan Imam Bonjol, Jakarta.

Pemilu semakin dekat. Sudah berapa persen kesiapan KPU?

Kalau dibuat persentase, sepertinya sulit ya. Yang pasti, sebagian besar kita sudah hampir selesai. Namun, di setiap proses kegiatan itu pasti ada masalah. Pasti ada kekurangan. Misalnya pendaftaran pemilu. Buat kita, itu sudah selesai. Tapi buat mereka yang di lapangan, pendaftaran itu katanya belum selesai. Masih ada penduduk di daerah A yang belum terdaftar. Kemudian soal logistik. Kita katakan sudah dikirimkan sekian banyak, tapi di lapangan ada yang bilang kiriman logistik itu belum diterima. Atau, kadang-kadang ada juga satu daerah yang kiriman logistiknya berlebih. Nah, kita kan harus menarik kembali untuk mendistribusikannya.

Banyak masalah, tapi apa yang paling mendesak?

Tentu saja masalah surat suara. Karena surat suara itu kan urat nadi pemilu. Kalau tidak ada kotak suara, kita bisa ambil saja kardus indomie, misalnya. Tapi, kalau surat suara itu tidak ada, pemilu jelas tidak bisa jalan. Masalahnya sekarang terletak pada proses pembuatan film untuk mencetak surat suara itu. Hingga hari ini (Rabu pagi pekan lalu--Red.), pemfilman itu sudah mencapai 20 persen. Sisanya, menurut para pengusaha…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…