Petaka Dari Salah Diagnosis
Edisi: 52/32 / Tanggal : 2004-02-29 / Halaman : 104 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Sholihin, Burhan , Ritonga, Ucok , Nurhayati, Nunuy
HIDUP seolah jalan lempeng nan mulus bagi Nova dan anaknya, Bima. Rumah mereka terletak di kompleks permukiman yang mentereng dan tentu saja tidak kumuh, di Jalan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Sekolah anak semata wayang yang baru berumur 6 tahun itu pun megah: High/Scope Indonesia, di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.
Toh, virus demam berdarah tak peduli siapa yang mereka sengat. Kamis, 29 Januari lalu, sepulang dari sekolah, badan Bima tiba-tiba memanas. "Semakin lama semakin memanas, sampai 40,5 derajat Celsius," kata Nova kepada TEMPO. Obat penurun panas sudah dia berikan, tapi tak mempan juga. Alhasil, dari malam hingga pagi, ibu muda itu begadang mengompres anaknya.
Keesokan harinya, dia membawa Bima ke rumah sakit terkenal di dekat rumahnya. Sayang, dokter langganannya tidak ada. Ia bergegas ke dokter langganan yang lain, tapi juga tidak ada. "Sedang pelesir ke luar negeri," kata suster. Apa bolah buat, Nova pun berusaha mencari dokter lain. Namun lagi-lagi keberuntungan tak berpihak. Sejak siang hingga sore itu, badai mengamuk di Jakarta Selatan. Jalanan macet, upaya mencari dokter pun baru bisa petang hari. Dan nasihat dokter ringan saja: Bima panas karena radang tenggorokan biasa. Dokter memberinya obat penurun panas dan antibiotik yang banyak dijual di pasaran.
Merasa tidak puas, Nova mencari pendapat dokter lain…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…