Mereka Yang Timbul Dan Tenggelam

Edisi: 49/33 / Tanggal : 2005-02-06 / Halaman : 78 / Rubrik : LAPUT / Penulis : , ,


SEDAN Mercedes hitam itu berhenti di halaman kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, pekan lalu. Pria berambut putih turun dari mobil, mengenakan setelan jas warna krem. Ia melangkah masuk kantor berdinding biru langit itu. Senyumnya mengembang saat disambut para tamu yang sudah menunggunya di lobi gedung. Pria itu tak lain adalah Subur Budhisantoso, Ketua Umum Partai Demokrat.

Siang itu Budhi memang dijadwalkan bertemu 15 dewan pimpinan cabang partai. Tapi, menjadi ketua partai hanya satu jenis kesibukannya. Guru besar Universitas Indonesia ini juga harus mengajar di kampus pagi harinya. Sepulang dari kantor partai, ia masih harus memenuhi berbagai undangan baik dari dalam maupun luar negeri. Jadwalnya bisa hingga dini hari. Kesibukan pun seolah tak putus-putus.

Nama Budhi mencuat bersama munculnya Partai Demokrat, partai yang mengusung Susilo Bambang Yudhoyono menuju kursi presiden. Tapi, setelah Yudhoyono jadi presiden, nama Budhi lenyap. Jatah tiga kursi menteri yang semula diperkirakan jatuh ke Partai Demokrat berakhir nihil.

Kecewakah dia? "Masih…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…