Harry Tjan Silalahi: "perayaan Imlek Hampir Kebablasan"
Edisi: 48/32 / Tanggal : 2004-02-01 / Halaman : 36 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
KALIMAT gong xi fat cai mendadak jadi populer. Ibu rumah tangga, mahasiswa, presenter beken di layar televisi, hingga Presiden Megawati ikut latah mengucapkan ungkapan yang kurang-lebih berarti "semoga keberkahan melimpah" itu. Warna merah, atraksi barongsai dan liong pun mendominasi pelbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya. Ya..., pekan lalu semua orang seperti hanyut dalam kehebohan perayaan tahun baru Imlek.
Memang Imlek tahun ini terasa spesial. Meski banyak kota tak diguyur hujan saat perayaan tahun baru Cina ini--yang secara tradisional dipercaya sebagai pertanda banyak rezeki--kendurinya tetap meriah. Bahkan sampai membuat seorang Harry Tjan Silalahi khawatir akan muncul dampak negatif akibat perayaan Imlek yang dianggapnya cenderung wah tersebut. Bagi tokoh berusia 70 tahun yang tetap mengaku sebagai Tionghoa ini, ada potensi destruktif bila perayaan Imlek kebablasan. "Akan jadi bumerang yang merugikan," ujarnya.
Harry Tjan tentu tak asal bicara. Direktur Center for Strategic and International Studies (CSIS) ini telah terlibat dalam perdebatan sengit tentang identitas warga Indonesia keturunan Cina sejak ia berusia muda.Pria yang dilahirkan dengan nama Harry Tjan Tjoen Hok di Yogya ini,diterima menjadi anggota marga Silalahi ini pendukung gagasan yang berani agar setiap anggota etnis Tionghoa melebur ke suku Indonesia yang ada. Kubu yang lain, yang didukung Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki), berjuang agar warga keturunan Tionghoa diakui sebagai etnis tersendiri seperti puak asli Indonesia lainnya.
Belum jelas benar apa dampak Imlek pada perdebatan lama ini. Mayang belum juga usai ia, untuk memahaminya lebih dalam, pekan lalu wartawan TEMPO Setiyardi mewawancarai Harry Tjan Silalahi di kantornya, di Jalan Tanah Abang III, Jakarta. Selama sekitar dua jam, aktivis pembauran di Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa ini menjawab semua pertanyaan dengan kalem.
Berikut kutipannya.
Perayaan Imlek begitu meriah. Fenomena apa sebenarnya?
Ya, perayaan Imlek memang sangat meriah. Tak cuma di Indonesia, di Asia Tenggara dan di Negeri Cina juga meriah. Situasi ekonomi memang telah membaik. Khusus di Indonesia, tentu saja hal ini merupakan salah satu buah dari reformasi. Tapi saya harap hal ini tidak kebablasan. Saya ingin masyarakat yang merayakan Imlek tetap "tahu diri". Kalau tidak, akan jadi bumerang yang sangat berbahaya.
Apa yang Anda maksud "kebablasan" tersebut?
Overdosis. Bila setiap hari, hingga pukul 12 malam, orang menggelar barongsai dan liong, itulah salah satu bentuk perayaan yang kebablasan. Sebuah pesta-pora di tengah masyarakat yang kebanjiran juga dapat diartikan sebagai kebablasan. Menyembelih babi di tengah perkampungan muslim juga bentuk aksi yang kebablasan. Saya sangat mengkhawatirkannya.
Anda menilai perayaan Imlek kali ini sudah kebablasan?
Sekarang belum, masih dalam batas yang bisa diterima. Tapi, ada tren kuat bahwa perayaan Imlek memang hampir kebablasan. Tentu saja, soal dosisnya, para pemimpin formal dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…