Gaji Yang Mengusik Keadilan

Edisi: 48/32 / Tanggal : 2004-02-01 / Halaman : 118 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dewanto, Nugroho , Aryanto, Y. Tomi ,


ADA yang berbeda di kantor Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sepanjang pekan lalu. Karyawan tak sepenuhnya bekerja seperti biasa. Di pojok-pojok kantor, mereka asyik berbisik-bisik membicarakan daftar gaji para bos mereka, seperti yang dipampangkan Koran Tempo pada edisi Senin pekan lalu. Sebagian dari mereka tampak telah memfotokopi berita "panas" itu dan membagikannya kepada sesama teman. Malah ada yang jail, sengaja menempelnya di papan pengumuman yang ada di setiap lantai.

Aksi para karyawan yang malah getol menyebarluaskan daftar gaji itu sejatinya bertolak belakang dengan perintah Deputi Ketua BPPN, Junianto Tri Prijono. Begitu warta tak sedap (bagi kuping para petinggi BPPN) itu tersiar, Junianto langsung meminta seluruh pegawai ikut menyingsingkan lengan guna melacak sang pembocor data. Hasilnya?

Sebagian besar staf BPPN tak ambil peduli. "Buat apa ikut-ikutan melacak? BPPN kan hampir bubar," ujar seorang karyawan, "Lagi pula, toh kami jadi tahu betapa tingginya gaji pimpinan."

Nauzubillah-nya gaji petinggi BPPN bisa ditengok dari rincian berikut. Menurut data per Maret 2003, Syafruddin Temenggung, sang ketua, sebenarnya "hanya" bergaji pokok Rp 75 juta. Tapi, tiap akhir bulan di slip gajinya total jenderal tercatat jumlah bersih (setelah dipotong pajak) sekitar Rp 130 juta. Soalnya, di luar gaji pokok, Syaf ternyata masih menikmati puluhan juta rupiah lain dari berbagai jenis tunjangan, seperti tunjangan kendaraan Rp 25 juta, tunjangan kredit perumahan rakyat Rp 30 juta, dan berbagai tetek-bengek lain semacam tunjangan handphone, sopir, bahan bakar, dan lainnya. Untuk dicatat, pada Maret 2003 itu Syaf juga masih mengantongi tunjangan cuti sebesar Rp 130 juta.

Gelimang serupa juga bisa dilihat di daftar gaji Wakil Ketua BPPN Sri Slamet Sumantri, para deputi ketua, kepala divisi, dan petinggi BPPN lainnya.

Mata publik pun…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…