Keadilan Dari Naungan Tenda

Edisi: 48/33 / Tanggal : 2005-01-30 / Halaman : 94 / Rubrik : HK / Penulis : Baskoro, L.R. , Dyah, Indriani S., Loppies, Sukma N.


BIAR langit runtuh, hukum harus ditegakkan. Jargon kebanggaan para penegak hukum itu kini harus diuji di Aceh. Langit memang tidak runtuh, tapi bencana tsunami di Serambi Mekah itu telah merusak hampir segalanya. Bukan hanya ratusan ribu orang tewas, tapi gedung-gedung pengadilan juga hancur, sebagian hakim tewas, dan ribuan berkas perkara yang tersusun rapi di ruang-ruang penyimpanan telah lenyap. "Semuanya kemungkinan besar hancur," kata Gunanto Suryono, Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung.

Sampai kini belum ada data lengkap berapa jumlah berkas perkara yang hancur terlibas air bah tsunami. Di Aceh sendiri terdapat 32 pengadilan dengan jumlah hakim sekitar 88 orang. Sebagian dari hakim yang selamat sekarang terpaksa mengungsi ke Medan, Jakarta, dan Bandung. Beberapa di antaranya, seperti Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Banda Aceh Hadi Lelana dan hakim Pengadilan Negeri Janto Teuku Sarafi, sudah menemui Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan untuk melapor. Mereka datang dengan menumpang pesawat Hercules.

Sepekan setelah bencana itu, Mahkamah Agung mengirim sebuah tim ke Aceh. Tugas tim adalah melakukan inventarisasi kebutuhan yang diperlukan oleh para hakim dan keluarganya yang menjadi korban gempa dan tsunami. Dan dari data terakhir, tercatat ada tujuh hakim, satu calon hakim, dan 40 karyawan di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

V
Vonis Menurut Kesaksian Pembantu
1994-05-14

Tiga terdakwa pembunuh marsinah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. pembela mempersoalkan tak dipakainya kesaksian yang…

H
Hitam-Hitam untuk Marsinah
1994-05-14

Buruh di pt cps berpakaian hitam-hitam untuk mengenang tepat satu tahun rekan mereka, marsinah, tewas.…

P
Peringatan dari Magelang
1994-05-14

Seorang pembunuh berencana dibebaskan hakim karena bap tidak sah. ketika disidik, terdakwa tidak didampingi penasihat…