Intelektual Penapak Jalan Sunyi

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-04-18 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :


AJAL menjemput Anang Eko Priyono di Jakarta, Ahad, 12 April lalu. Diawali infeksi telinga, diabetes, hingga tak sadarkan diri, A.E.—demikian saya menyapanya—dilarikan ke rumah sakit dua pekan sebelumnya. Ia sempat berstatus pasien dalam pengawasan Covid-19 di Rumah Sakit Hermina, lalu dirawat di Rumah Sakit Mayapada dan Rumah Sakit Polri. Pengujian polymerase chain reaction oleh Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta menunjukkan ia negatif SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Ia meninggalkan Anna Yuniarti, istrinya, dan lima anak: Alifa Karlina, Nina Fatima Rosania, Ranu Rahman Akhtar, Izat Satwiko, dan Nurul Fathia Maida. “Saya dan anak-anak bangga. Orangnya jujur dan rendah hati,” kata Anna.
Nina kerap mengabarkan kesehatan A.E., yang paru-parunya naik-turun akibat pneumonia. Beberapa pekan lalu, ucap dia, sang abah mengeluh sakit telinga, tapi menampik ditengok. “Tidak usah ke sini. Satu kesulitan akan mendatangkan kemudahan. Inna ma'al ‘usri yusroo.”
Sebagai peminat studi demokrasi dan Islam, saya melihat A.E. bukan editor biasa. Ia mewakili intelektual muslim pro-demokrasi. Ia membawa gagasan post-Islamisme Asef Bayat (2013) yang ia nilai setara dengan gagasan civil Islam Hefner (2001, 2017). Islam adalah aspirasi untuk membangun gerakan sosial berbasis demokrasi. Ia percaya Islam sipil “mampu mengatasi Islamisme politik dan kegagalan-kegagalannya”.
Ia menolak penerapan syariat Islam, Daulah Islamiyah, dan jihad kekerasan. Meyakini demokrasi, ia menolak Islamisme politik yang baginya bukan hanya eksklusif, tapi juga rentan menjadi totaliterianisme baru. Kewajiban muslim bagi dia adalah berjihad intelektual dan beraksi membela yang tertindas.
Pengalamannya panjang. Pada 1990-an, ia menyunting jurnal Prisma terbitan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) tentang pemikiran Islam dan demokrasi, termasuk karya Ihsan Ali-Fauzi dan Saiful Mujani. Kerja editorialnya yang monumental adalah Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi karya Kuntowijoyo yang diterbitkan Mizan pada…

Keywords: Usman HamidObituariVirus Corona
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…