Menziarahi Utuy Tatang Sontani

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-05-09 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


TAMAN permakaman Mitino, Moskow, Rusia, amat sepi pada Jumat siang pertengahan Januari lalu. Selain saya dan Iwan J. Kurniawan, 37 tahun, mahasiswa Indonesia di Moskow, rasa-rasanya tak ada pengunjung lain. Saat terlihat dua-tiga mobil melintas, Iwan menyebut itu milik petugas. “Mesti cepat-cepat, Bung. Musim dingin gerbang ditutup pukul 16.00.”
Kami hendak menziarahi makam sastrawan Utuy Tatang Sontani—meninggal di Moskow pada 17 September 1979. Liudmila Demidyuk, 84 tahun, guru besar bahasa Indonesia di Universitas Negeri Moskow (MGU), menyebut kematian Utuy sebagai momen paling mengharukan selama enam tahun bersahabat dengannya. “Sangat tiba-tiba. Saya ingat, sebelum mangkat, dia masih tampak sehat.”
Utuy wafat akibat serangan jantung. Empat belas tahun sebelumnya, sastrawan angkatan ‘45 ini berangkat ke Peking, Tiongkok, bersama rombongan besar masyarakat Indonesia yang diundang menghadiri Perayaan 1 Oktober.

Apartemen yang pernah ditempati Utuy ,di kawasan Artekovskaya, 17 km dari pusat kota Moskow./Zulkifli Songyanan
Sejumlah catatan menyebutkan keberangkatan Utuy tak lepas dari kebaikan D.N. Aidit, Ketua Partai Komunis Indonesia, yang mengenalnya sejak zaman Jepang. Tahu Utuy menderita lever, Aidit memfasilitasi teman lamanya itu berobat ke Peking dengan menyelipkannya dalam delegasi Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), lembaga kebudayaan yang berafiliasi dengan PKI.
“Tapi Ceu Ineu bilang, keberangkatan Bapak itu adalah bentuk permohonan maaf partai karena naskah Sang Kuriang batal dipentaskan,” kata Son Diamar, 67 tahun, putra kedua Utuy.
Dalam pengantar memoar Di Bawah Langit Tak Berbintang (2001), Ajip Rosidi menyinggung masalah itu. Menjelang hari ulang tahun PKI pada 1965 yang hendak dirayakan besar-besaran, Utuy dan Hendra Gunawan sepakat mementaskan Sang Kuriang. Tapi Rustandi Kartakusumah, pengajar di Universitas Seni Rakyat (Unsera), berpendapat naskah itu tidak cocok dengan semangat PKI, terlalu individualistis. Aidit setuju, Utuy muntab.
Selain itu, Dindin—panggilan Son Diamar—menyebutkan lakon Sang Kuriang urung dipentaskan karena dianggap terlalu religius oleh orang-orang Lekra. “Ada banyak kata dewata serta adegan manusia pasrah di hadapannya.”
Ineu (Sudewi Martine), sosok yang sedianya hendak memerankan Dayang Sumbi, adalah kakak tiri Dindin. Ibu mereka, Rd. Asiah Tedjakeraton, berasal dari Manonjaya, Tasikmalaya.


Keywords: Utuy Tatang SontaniSastra
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…