1918-1919: Seperti Rumput Kering Tersulut Api

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-05-16 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :



FRITZ Basiang berusia 13 tahun ketika banyak sekali orang di desanya di Saluputti, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, meninggal mendadak dalam waktu berdekatan. Penyakit merebak di dataran tinggi itu, tapi tak ada satu pun dokter untuk mengobati. “Kami baru menguburkan seseorang di pagi hari, tapi siang harinya sudah ada lagi yang mati. Setelah pemakaman siang hari, sorenya ada pula kematian baru,” ucap Basiang dalam A Toraja Pilgrimage: The Life of Fritz Basiang yang ditulis antropolog sosial National University of Singapore, Roxana Waterson.
Peristiwa pada 1918 itu mendorong Basiang menjadi dokter. Dia kemudian menjadi orang Toraja pertama yang menempuh pendidikan medis hingga ke Eropa. Adapun penyakit yang merenggut nyawa orang-orang di desanya itu adalah wabah influenza yang secara turun-temurun diceritakan orang Toraja dengan nama ra’ba biang, yaitu ketika kematian datang ibarat ilalang yang berjatuhan karena tebasan angin.
Dalam catatan pemerintah kolonial Hindia Belanda kala itu, sekitar 300 dari 3.000 penduduk Toraja tewas ditebas flu. Saat ini, kita masih dapat menemukan sebuah kuburan massal di Toraja tempat rangka manusia dibiarkan terserak alih-alih dimakamkan satu per satu dalam liang terpisah layaknya tradisi setempat. “Mereka yang meninggal tidak sempat dimakamkan dengan proses yang sesuai karena pengantar jenazah pun banyak yang meninggal,” kata sejarawan pandemi, Tubagus Arie Rukmantara, lewat wawancara tertulis.

Fritz Basiang./A Toraja Pilgrimage: The Life of Fritz Basiang
Kematian cepat dan serentak ditemukan hampir di seluruh wilayah Hindia Belanda kala itu. Arie Rukmantara mengutip laporan Burgerlijken Geneeskundigen Dienst (BGD) atau Dinas Kesehatan Sipil pada 1920 yang menyebutkan, “Semua desa di Hindia Belanda hampir tidak ada yang tidak terinfeksi oleh penyakit flu.”
Sempat ada pendapat yang menyatakan influenza lebih mudah menular di dataran rendah dibanding di dataran tinggi. “Namun tidak terbukti karena Magelang dan Tana Toraja yang rata-rata wilayahnya berada di atas 3.000 meter di atas permukaan laut juga mencatat kasus influenza mematikan,” ujar Arie, yang turut menulis buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda. 
Di Makassar, dalam berita Indonesische Persbureau (Kantor Berita Indonesia) bertanggal 11 Februari 1919, permakaman terlihat seperti pasar karena selalu ramai oleh orang-orang yang menguburkan sanak-saudara. Di beberapa wilayah di Jawa, menurut penulis The Influenza Pandemic of 1918 in Southeast Asia, Kirsty Walker, sebuah ungkapan menjadi akrab di telinga warga, yaitu “pagi sakit, sore meninggal; sore sakit, pagi meninggal”.
 
Peringatan akan kedatangan penyakit yang menyebar dalam kecepatan mengerikan ini ke Hindia Belanda sebenarnya sudah muncul pada April 1918. Saat itu, konsul Belanda di Singapura bersurat kepada pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar melarang kapal-kapal asal Hong Kong merapat di dermaga dan menurunkan penumpang karena wilayah itu telah terjangkit wabah. Larangan serupa dikeluarkan pemerintah Inggris di Singapura. Namun, dalam buku Yang Terlupakan, tak ada langkah berarti yang diambil pemerintah Batavia setelah mendapat peringatan itu.
Surat kabar juga tampak kebingungan dalam memberitakan penyakit ini. Salah satu berita paling awal yang menyinggung adanya wabah influenza dimuat De Sumatra Post edisi 4 Juli 1918. Berita singkat itu mengabarkan sebuah epidemi yang sedang merebak di Singapura menimpa hampir setengah populasi dengan gejala nyeri sendi, sakit kepala, dan sakit pinggang. Nama penyakit itu masih disebut bergantian antara “penyakit Singapura”, “flu Rusia”, dan “penyakit rakyat”. Sepuluh orang dikabarkan meninggal. Tapi, dalam edisi 16 Juli 1918, koran itu meyakinkan bahwa, “Penyakit ini tak berbahaya dan mirip flu biasa dengan gejala sakit kepala, demam, dan nyeri sendi. Aspirin cukup untuk mengobati. Tak ada alasan untuk khawatir.”
Hanya berselang sehari setelah berita menenangkan tersebut, De Sumatra Post mengabarkan influenza telah tiba…

Keywords: Covid-19Gugus Tugas Penanganan Covid-19
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…