Naskah-naskah Palembang Yang Terlupakan
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-06-27 / Halaman : / Rubrik : IQR / Penulis :
NASKAH-NASKAH kuno Palembang itu ditemukan secara tak sengaja oleh filolog Palembang, Nyimas Umi Kalsum, di bubungan atap masjid buyutnya. Total ada sebelas karung naskah. Nyimas menuturkan, moyangnya dulu penghulu di Kesultanan Palembang Darussalam. Rumah limas tempat leluhurnya dulu dipakai sebagai tempat belajar keluarga kesultanan. “Banyak naskah yang saya temukan, tapi bentuknya sudah menyerupai kerupuk. Garing, dan susah diselamatkan,” ujarnya. “Dari 18 naskah yang bisa diselamatkan, hanya lima-enam yang lengkap dan dapat terbaca,” peneliti naskah kuno Palembang itu menambahkan.
Hati Nyimas miris. Sebab, bukan hanya naskah yang ia temukan di bubungan masjid leluhurnya yang rusak, tapi juga naskah kuno Palembang lain. Dari amatannya, banyak kondisi manuskrip itu yang lapuk. Ada manuskrip kuno yang teronggok di loteng rumah dan di masjid, bahkan ditaruh begitu saja di dalam kardus. Ada pula yang tersimpan di dalam lemari yang tak pernah dibuka selama puluhan tahun. “Lemari itu tertutup karena si pemilik mendapat amanat dari orang tuanya untuk menjaga isinya,” ucap dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang tersebut saat ditemui pada 3 Juni lalu di Palembang.
Menurut Nyimas, ratusan tahun silam, manuskrip-manuskrip itu menjadi koleksi perpustakaan milik Sultan Mahmud Badaruddin II di istana Kesultanan Palembang Darussalam. Namun, sejak kerajaan tersebut ditaklukkan Belanda pada 1821, denyut nadi kesultanan berikut perpustakaannya terhenti. Kini perpustakaan itu menjadi ruang kantor Dinas Pariwisata Sumatera Selatan yang berada di area Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kemas Andi Syarifuddin, kolektor naskah kuno Palembang, dan koleksi pribadinya yang didapat sebagai warisan dari kakeknya yaitu Kemas Haji Umar, yang merupakan penghulu pada masa kejayaan kesultanan Palembang Darussalam./Tempo/Parliza Hendrawan
Nyimas mulai meneliti manuskrip kuno pada 2000, saat mengambil studi filologi di Universitas Indonesia. Pada 2003, ia bersama para pengajarnya di UI melakukan studi soal naskah Sumatera Selatan. Ia menjelaskan, naskah lawas sangat penting bagi sejarah Sumatera Selatan dan Nusantara karena memuat banyak hal. Selain pesan moral, ada penjelasan tentang periode historis kerajaan, di antaranya…
Keywords: Kota Palembang, Sastra, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…