5 Juli
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-07-04 / Halaman : / Rubrik : CTP / Penulis :
MASA lalu seperti tes Rorschach: tetesan tinta yang tak jelas bentuknya di atas kertas pucat, yang harus kita tafsirkan apa gerangan. Dari tafsir itu diasumsikan akan tersirat bagaimana keadaan jiwa kita.
Sebab itu sejarah adalah susunan tafsir tentang apa yang ambigu—tafsir yang lebih berbicara tentang kita hari ini ketimbang apa sebenarnya yang terjadi dahulu.
Tak berarti mengingat masa lalu tak ada gunanya. Setidaknya buat sebuah percakapan.
Maka saya coba mengingat 5 Juli 1959.
Hari itu Presiden Sukarno memaklumkan perubahan besar buat Indonesia: ia mendekritkan sistem politik yang baru, yang ia sebut “Demokrasi Terpimpin”. Parlemen—yang para anggotanya dipilih rakyat tiga tahun sebelumnya—dibubarkan. Sebagian surat kabar, di antaranya koran terkemuka seperti Indonesia Raya, Pedoman, Sin Po, dan Star Weekly, ditutup, tak boleh terbit; sejak itu, orang harus mendapat “Surat Izin Terbit” dari penguasa untuk membuat surat kabar.
Mochtar Lubis, wartawan dan novelis terkenal itu (Jalan Tak Ada Ujung, Tak Ada Esok), dipenjarakan; mungkin total sekitar sembilan tahun. Novel karya S. Takdir Alisjahbana—apa saja—dilarang…
Keywords: Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Xu
1994-05-14Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…
Zlata
1994-04-16Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…
Zhirinovsky
1994-02-05Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…