Buta Data Menghadapi Corona
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-07-04 / Halaman : / Rubrik : NAS / Penulis :
DI hadapan Presiden Joko Widodo, Wiku Bakti Bawono Adisasmito memaparkan informasi mengenai perkembangan penanganan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Istana Merdeka pada Rabu, 24 Juni lalu. Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini menyampaikan hasil kerja selama tiga bulan. “Posisi Indonesia dibanding negara lain tidak lebih buruk, bahkan kita relatif netral,” ujar Wiku dalam video yang diunggah di akun YouTube Sekretariat Presiden. Tak sampai sepuluh menit memaparkan materinya, Wiku mempersilakan anggota Tim Pakar, Dewi Nur Aisyah, menyampaikan pengintegrasian data corona. Dewi lalu menunjukkan sistem bernama Bersatu Lawan Covid yang menghimpun berbagai data penanganan wabah corona, seperti jumlah pasien positif dan ketersediaan logistik. Bersatu Lawan Covid atau BLC menghimpun data dari Kementerian Kesehatan, yang di antaranya dari Rumah Sakit Online, sistem pelaporan data rumah sakit di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, laboratorium jejaring Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, serta Public Health Emergency Operating Centre, yang dinaungi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Presiden Joko Widodo menyimak penjelasan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Istana Merdeka, Jakarta, 24 Juni 2020./ANTARA/Sigid Kurniawan
Ketika Dewi menunjukkan sistem tersebut, layar monitor di belakangnya menampilkan deretan angka yang menunjukkan jumlah orang dalam pemantauan, orang tanpa gejala, pasien dalam pengawasan, dan pasien yang sembuh. Terselip dalam ukuran kecil jumlah pasien meninggal sebanyak 11.477 orang. Hari itu, juru bicara pemerintah untuk penanganan corona, Achmad Yurianto, melaporkan angka kematian sebanyak 2.500 orang. Data Rumah Sakit Online yang tercantum di sistem Bersatu Lawan Covid yang diperoleh Tempo menunjukkan perbedaan angka itu juga terjadi pada 17 Juni. Saat itu, jumlah pasien meninggal tercatat 10.735 orang. Sedangkan angka yang diumumkan 2.276. Pada Jumat, 3 Juli lalu, jumlah orang meninggal akibat Covid-19 mencapai 13.885, lebih dari empat kali lipat angka kematian yang diumumkan, sebanyak 3.036. Pada data yang sama, jumlah kasus positif pun jauh lebih banyak. Pada 17 Juni, tercatat 46.809 kasus positif, lebih tinggi ketimbang yang diumumkan Achmad Yurianto, sebanyak 41.431 orang. Mengacu pada data Bersatu Lawan Covid per 3 Juli, tingkat kematian akibat corona di Indonesia mencapai 51,5 orang per 1 juta penduduk. Angka itu jauh lebih tinggi ketimbang yang dilaporkan di situs Gugus Tugas Covid-19, yaitu 11 orang per 1 juta penduduk. Dengan tingkat kematian 51,5 orang itu, Indonesia lebih tinggi ketimbang India dan Cina, yang masing-masing sebesar 3 dan 14 per 1 juta penduduk. Walau bukan yang tertinggi di Asia, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara. Angka kematian yang lebih tinggi itu mengikuti definisi menurut instruksi dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization. Pada 11 April lalu, WHO mendefinisikan…
Keywords: Kementerian Kesehatan, Virus Corona, Covid-19, Gugus Tugas Penanganan Covid-19, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?