Ia Yang Tak Mengkhianati Puisi
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-07-25 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
PUISI Sapardi Djoko Damono adalah hamparan telaga tak bertepi dengan genangan air yang jika kita ciduk akan memadat di tangan kita—siapa saja kita—lalu menjelma menjadi apa saja. Itulah puisinya, tapi itu bukan seluruh puisinya. Cara untuk lebih memahaminya adalah melayarinya, menerjuninya.
Puisi-puisi Sapardi adalah teks yang mewakili gambaran hidup seseorang yang tampak tenang tapi ia sesungguhnya telah mengalami, melewati, dan sedang menghadapi berbagai situasi kontradiktif. Antara hidup yang tak masuk akal dan dunia rekaan yang harus logis, antara bahasa Jawa dalam pikiran dan bahasa Indonesia dalam teks. Antara kesederhanaan wujud dan kompleksitas isi. Antara kehendak untuk berdamai dan konflik yang tak terhindarkan.
Adalah Sutardji Calzoum Bachri yang pernah mengatakan bahwa sajak Sapardi seperti ditulis dalam bahasa Jawa yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Orang kerap mengartikan itu sebagai kritik atas kekakuan bahasa puisi Sapardi. Secara tak langsung, dalam satu wawancara untuk biografinya yang sedang saya rampungkan, Sapardi mengakui itu. “Saya memang berpikir dalam bahasa Jawa,” ucapnya.
Pengakuan tersebut bisa menjelaskan beberapa hal, antara lain itulah penyebabnya bahasa sajaknya rapi, tertib, dan tenang, dengan kata-kata yang dipilih dari kamus justru agar orang tak perlu membuka kamus untuk memahaminya. Ia juga menghindar dari kosakata bahasa Jawa untuk kata yang pasti tak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Sajak-sajak Sapardi ditulis oleh seseorang yang tak hendak berakrobat dengan bahasa. Ketinggian dan kemurnian justru ia raih dengan cara itu. Ia menjadi berfokus pada usaha memperdalam pesan, bermain-main antara keriangan seorang anak-anak dan kedalaman permenungan seorang nabi. Tapi bukan berarti ia tak memperhatikan kata, ia justru mengagungkannya. Kata-kata adalah segalanya dalam puisi. Demikian katanya dalam satu ceramah yang mengguncang publik sastra, pada 1969, saat ia meluncurkan buku pertamanya. Bagi dia, menulis dalam bahasa Indonesia juga bertujuan mengembangkan bahasa tersebut.
Pembacaan puisi oleh Sapardi Djoko Damono di Jakarta, 1987. Tempo/Maman Samanhudi
Sapardi lahir pada 20 Maret 1940 di lingkungan priayi Jawa dengan nama lengkap R Sapardi Djoko Damono Mangun Sadyoko, sebagaimana tertulis dalam undangan pernikahannya. Ia belajar di Sekolah Rakyat Kasatriyan, sekolah anak-anak lelaki keraton Surakarta, Jawa Tengah, yang pelajarannya diantarkan dalam bahasa Jawa kromo. Di sana ia belajar menari, menembang, dan bermain gamelan, juga bermain wayang. “Saya benar-benar merasa dididik menjadi seorang Jawa,” tuturnya.
Mangun Sadyoko, ayahnya, dan Sapariah, ibunya, bersama Sapardi dan adik lelakinya berpindah beberapa kali setelah keluar dari lingkungan keraton. Ia melepas pekerjaan sebagai abdi dalem dan kemudian menjadi pegawai rendahan di Jawatan Pekerjaan Umum. Di kantor ayahnya itulah, ketika berusia sekolah menengah atas, Sapardi meminta kertas dan mengetik puisi.
Biografi Sapardi adalah kisah pergulatan dengan bahasa. Sapardi tamat dari SMA Margoyudan—ia mengambil jurusan bahasa—sebagai pelajar teladan se-Karesidenan Surakarta dengan nilai 9 untuk pelajaran bahasa asing, tapi nilai bahasa Indonesia-nya cuma 7. Dengan nilai rata-rata di atas 8, dia bebas memilih universitas mana saja. Tapi, hingga lulus, ia tak pernah berencana kuliah. “Saudara-saudara bapak dan ibu saya semuanya bilang, ‘Damono itu langsung kerja saja, supaya enggak bikin susah’,”…
Keywords: puisi, Sapardi Djoko Damono, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…