Amukan Tak Bersua Kawan

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-08 / Halaman : / Rubrik : NAS / Penulis :


DITEMANI ibunya, Freisya Aidea Briliana sibuk mencorat-coret buku tulis di rumahnya di Dusun Jatirejo, Wukirsari, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, pada Kamis, 30 Juli lalu. Siang itu, Freisya belajar berhitung. Berkali-kali mata bocah 10 tahun itu terlihat menerawang. Setiap kali terdengar suara dari beranda, dia langsung berlari menghampiri. Sartiyah, ibunya, lalu memanggil dia kembali. Sartiyah meminta Freisya merentangkan jari untuk berhitung tambah-tambahan. Berkali-kali dia keliru. “Aku pusing,” kata Freisya kepada ibunya. Freisya adalah pelajar kelas IV di sekolah inklusi SD Negeri Siluk di Kabupaten Bantul. Dia dinyatakan mengalami disabilitas intelektual. Selama pandemi, Freisya tak lagi datang ke sekolah. SD Negeri Siluk menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh. Namun sistem itu menyulitkan Freisya dan ibunya. Keluarga itu hanya memiliki satu telepon pintar. Itu pun dipakai ayahnya, loper daging sapi, yang berangkat subuh dan pulang malam hari. Untuk mengerjakan tugas sekolah, Freisya harus menunggu ayahnya pulang. Masalah lain yang dia hadapi adalah sinyal Internet byar-pet karena rumahnya berada di kawasan perbukitan. Untuk menyiasatinya, Freisya kerap menumpang di rumah Kepala Dusun Jatirejo, Purwono Dwi Nugroho, yang…

Keywords: Belajar di Tengah PandemiPembelajaran Jarak Jauh | PJJPenyandang DisabilitasSekolah Luar Biasa | SLB
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?