Kakak Pembina Di Teuku Umar

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-29 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :


TULISAN “video komunikasi corona” terbaca jelas di papan tulis di ruang rapat kantor Tim Narasi dan Komunikasi Digital Presiden di lantai 2 Gedung Sekretariat Negara, Jalan Teuku Umar Nomor 10, Jakarta Pusat, Kamis, 27 Agustus lalu. Di samping kanannya tertulis empat penjelasan, yaitu pemberian informasi, ajakan untuk waspada dan tak panik, gerakan yang bisa dilakukan masyarakat, dan pesan moral persatuan. Di bawah tulisan spidol hitam itu tertulis berbagai penjelasan. Salah satunya kondisi terbaru di dunia dan Indonesia yang diberi keterangan jumlah orang terinfeksi, jumlah yang meninggal, dan—disertai garis bawah—jumlah yang sembuh. Ada pula penjelasan tentang usaha preventif pemerintah seperti seratus rumah sakit rujukan serta pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) bergerak. Hampir semua poin itu telah disampaikan Presiden Joko Widodo selama wabah corona. Saat rapat terbatas percepatan penanganan pandemi Coronavirus Disease 2019 di Istana Merdeka pada 18 Mei lalu, Jokowi meminta puskesmas diperkuat. Begitu pula penunjukan seratus rumah sakit rujukan yang disampaikan Presiden pada awal Maret lalu.

Andi Wibowo saat berada di Solo, Juni 2015. Dok. Pribadi/Facebook Andi Wibowo
Ketika mengikuti acara Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan Bersama secara online di Istana Merdeka pada 14 Mei lalu, Jokowi juga berbicara tentang pentingnya persatuan menghadapi penyebaran virus corona. Di Banda Aceh, pada Selasa, 25 Agustus lalu, Jokowi juga menyebutkan tingkat kesembuhan pasien Covid-19 cukup tinggi, yaitu 111 ribu dari 155 ribu kasus atau sekitar 70 persen. “Ini di atas rata-rata internasional,” kata Jokowi. Tiga pegiat media sosial yang mengetahui aktivitas di Gedung Sekretariat Negara di Jalan Teuku Umar bercerita, kantor itu menjadi salah satu tempat membahas narasi selama masa pandemi. Termasuk melawan tudingan bahwa pemerintah tak serius menangani wabah. Pendiri Mediawave, lembaga pemantau media sosial, Yose Rizal, mengatakan pada awal pandemi, Maret lalu, sentimen publik terhadap pemerintah cenderung negatif. “Pemerintah dipersepsikan tak mampu menangani wabah,” ujar Yose pada Kamis, 27 Agustus lalu. Dia mengaku memberikan analisis media sosial secara rutin kepada Presiden dan timnya. Menurut Yose, belakangan sentimen di media sosial soal kinerja pemerintah dalam mengatasi pandemi mulai positif. "Ada kepercayaan dari publik," katanya. Menurut tiga orang yang pernah beraktivitas di sana, kantor itu dipimpin Andi Wibowo. Dia sepupu Jokowi, anak dari kakak kandung ibunda Jokowi. “Kami pernah bertemu di sana dan membahas soal narasi di media sosial,” kata seorang di antaranya yang kini menjadi komisaris di…

Keywords: Media SosialIstana KepresidenanJokowiBuzzer | Influencer
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…