Jejak Korporasi Penyulut Geni

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-09-12 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :


MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati sampai empat kali mengucapkan selamat kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, lawan bicaranya dalam konferensi pers virtual pada Kamis siang, 27 Agustus lalu. Sri dan Siti dengan bungah mengumumkan kepada awak media bahwa Dewan Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund/GCF), bagian dari Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC), telah menyetujui proposal pendanaan Indonesia.
Sri tak lupa menghaturkan terima kasih setiap kali mengucapkan selamat. Pendanaan sebesar US$ 103,78 juta itu, kata dia, merupakan bentuk pengakuan dunia terhadap komitmen Indonesia di bidang pelestarian lingkungan dan kehutanan. “Semoga apa yang dicapai oleh Ibu Siti dan jajarannya ini memberikan kepercayaan makin besar bagi masyarakat, yaitu bahwa kita tidak hanya selalu muncul, headline-nya, waktu kebakaran hutan,” ucapnya.
Sebelumnya, selama hampir 20 menit Menteri Siti mengawali jumpa pers dengan menjelaskan alasan GCF menggulirkan dana yang bertujuan membantu negara berkembang mengurangi emisi gas rumah kaca tersebut. Pendeknya, duit senilai Rp 1,5 triliun itu diberikan atas keberhasilan Indonesia mengurangi emisi setara dengan 11,2 juta ton karbon dioksida pada 2014-2016 lewat serangkaian program menekan laju deforestasi dan degradasi hutan. “Pengendalian kebakaran hutan dan lahan menjadi faktor penting dalam penurunan deforestasi,” tutur Siti.
Dalam paparannya, Siti juga mengklaim pemerintah sudah berhasil meredam kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang, menurut dia, pertama kali terjadi di Indonesia pada 1982. Puncaknya terjadi pada 1997-1998 dengan luas area terbakar mencapai 11,89 juta hektare. “Memang tahun lalu ada sedikit, tapi tahun ini kita coba kendalikan,” ujar Siti sembari menyebutkan luas area terbakar selama Januari-Juli 2020 hanya 64 ribu hektare.

MAKIN LUAS MELALAP ALAS
API menghanguskan hutan dan lahan seluas 1,65 juta hektare pada 2019, setara dengan 24 kali luas wilayah DKI Jakarta. Sebagian besar kebakaran terjadi di kawasan hutan. Dugaan korporasi terlibat menguat lantaran ratusan ribu lahan yang terbakar pada 2015 diduga telah berubah menjadi ladang perusahaan hutan tanaman industri dan perkebunan sawit.











Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memang akurat. Karhutla 2019 menghanguskan hutan dan lahan seluas 1,65 juta hektare, lebih kecil dibanding hutan yang terbakar seluas 2,65 juta hektare dalam bencana serupa pada 2015. Namun yang tak dibicarakan dalam seremoni virtual Kementerian Keuangan dan KLHK itu adalah pelepasan emisi karbon akibat kebakaran 2019 ternyata sama bahayanya dengan dampak kebakaran lima tahun lalu.
Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS), platform pemantauan bumi yang dikelola Pusat Prakiraan Cuaca Jarak Menengah Eropa (ECMWF), misalnya, memperkirakan total emisi akibat kebakaran hutan di Indonesia sepanjang 1 Agustus-18 September 2019 setara dengan 360 megaton karbon dioksida. Angka ini hampir menyamai dampak bencana asap 2015 pada periode yang sama dengan emisi setara dengan 400 megaton karbon dioksida.
CAMS hakulyakin kebakaran disengaja untuk membuka lahan, khususnya bagi industri kertas dan sawit. “Terlihat jelas bahwa kebakaran tersebut tidak biasa dan menimbulkan kekhawatiran yang signifikan,” tutur Mark Parrington, peneliti senior ECMWF di CAMS, dalam keterangan tertulis, 20 September 2019. “Tingkat polusi yang sangat tinggi dan persisten di Indonesia tidak diragukan lagi merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, flora, dan fauna.”
Memasuki paruh kedua tahun ini, ancaman lama itu datang lagi. Fire Information for Resource Management System, platform milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), menangkap titik panas yang jumlahnya kembali meningkat sejak Juni lalu di wilayah Indonesia. Enam provinsi telah menetapkan status siaga darurat karhutla setidaknya hingga dua bulan ke depan: Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Siti Nurbaya tampaknya tak boleh terlalu cepat berpuas diri. 

// {if (event.data['to'] == 'map') { mapFrame.style.height = event.data['height'] + 20 + "px" }});
// ]]>



•••
TIGA ekskavator berkelir merah saling memunggungi. Lengan panjangnya berlomba menggaruk tanah. Satu unit terlihat membersihkan pinggir kanal selebar lapangan badminton. Dua lainnya, berjarak sekitar 50 meter di utara saluran air yang memanjang dari timur ke barat, menyisir dua petak tanam yang sudutnya mulai rapi bergaris-garis.
Petak tanam di konsesi PT Bumi Mekar Hijau (BMH) tersebut berada di wilayah administrasi Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lapam, Kabupaten Ogan…

Keywords: Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananKebakaran HutanAsap dan Kebakaran HutanPerkebunan sawit
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…