Sinema Persahabatan Perempuan Eks Tapol

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-10-03 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


KUSDALINI sudah melupakan banyak hal. Kakinya mengecil dan kekuatan lututnya mengendur karena makin jarang digunakan untuk berjalan. Kaminah, yang lebih muda dari Kusdalini, merawatnya dengan penuh kesabaran. Meski langkah Mbah Kam juga sudah mulai tertatih, dia dengan lembut terus membalurkan minyak kayu putih, menyuapi Mbah Kus, dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang kadang diulang-ulang. 
Dua perempuan sepuh itu hanya memiliki satu sama lain. Mereka tinggal bersama dan berkasih sayang seperti dua saudara meski tak ada hubungan darah. Sehari-hari, mereka menggoreng kerupuk oranye dan memasukkannya satu demi satu ke plastik bening untuk dijual di warung-warung. Pada suatu waktu, mereka pernah punya warung soto dan katering. Tapi kini hanya berjualan kerupuk yang bisa dilakukan tubuh-tubuh ringkih itu. 

Kaminah (kanan) dan Kusdalini membaca doa dalam You and I. Dokumentasi Fanny Chotimah
“Aku sering mimpi tentang orang yang sudah meninggal,” ucap Mbah Kus suatu hari dalam bahasa Jawa saat sedang membungkus kerupuk. 
“Kalau diajak mereka, jangan mau,” Mbah Kam menyahut. 
“Tidak, aku masih ingin menemani kamu.” 
Sutradara Fanny Chotimah menangkap hari-hari kedua mbah itu dari dekat sekali tanpa membuat kentara ada kamera yang mengikuti mereka. Penonton dapat merasa hadir di antara Kaminah dan Kusdalini, turut mendengarkan percakapan, hingga menangkap pandangan mata mereka yang penuh kasih, tanpa menciptakan riak dalam kehidupan keduanya yang lambat dan lirih. Karena itu, film dokumenter You and I yang berdurasi 71 menit ini begitu kuat dan menyayat.
Film ini sedikit saja mengungkap masa lalu Kaminah dan Kusdalini. Tak banyak wawancara dan tak ada penampakan arsip visual atau data sejarah. Fokus diarahkan pada interaksi keseharian mereka di masa kini dan betapa mereka saling menopang. Namun tetap ada cukup informasi untuk memberi tahu penonton bahwa Kaminah dan Kusdalini bukanlah nenek-nenek biasa yang sedang menikmati hari tua. Di rumah, mereka membicarakan ide-ide Sukarno, menyimak lekat berita peringatan peristiwa 30 September 1965, lalu turut dalam pertemuan sekelompok kakek-nenek yang membahas bundelan dokumen berjudul “Membedah Tragedi 1965”. 
Ada sedikit cuplikan wawancara dengan Kaminah yang samar-samar juga memberikan gambaran tentang identitas mereka. “Kami sepaham, seperjuangan. Bidangnya sama, keputrian. Dia suka nyanyi, aku suka nyanyi. Dia tingkat kota di Gita Patria, aku tingkat ranting kecamatan,” ujar Kaminah. “Yang paling berkesan, ketika Mbak Kus dipanggil bebas, aku sampai pingsan.” 

Potrait Kaminah (berdiri) dan Kusdalini yang difoto oleh…

Keywords: FilmFilm Indie
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…