Datuk Malang Di Balai Raja

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-10-24 / Halaman : / Rubrik : LIN / Penulis :


RINDU Jumar kepada kawanan gajah kian langka terobati. Bagi petani yang telah tinggal sekitar 20 tahun di Desa Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Bengkalis, Riau, ini, gajah ibarat keluarga sendiri. Kawasan desa ini berada di dalam lanskap Suaka Margasatwa Balai Raja. Jumar memanggil pemimpin kelompok gajah yang dulu kerap bertandang ke sekitar permukimannya dengan sebutan Datuk.
Dulu, ketika batin Jumar kangen kepada Datuk, beberapa hari kemudian gajah ini pun muncul di halaman depan atau belakang rumahnya. Kini, seiring dengan kurang lebatnya pohon dan semak akibat terus bertambahnya rumah penduduk, Datuk tak nongol lagi. “Manalah Datuk pergi, kok tak datang?” tutur Jumar pada September lalu.
Ia berkisah, hingga 2005, kawanan gajah biasa datang ke sekitar permukimannya dengan jumlah 30-40 ekor. Kawanan hewan itu makan tanaman kebun seperti sawit dan batang kelapa muda. Meski begitu, Jumar tak pernah berlaku kasar kepada gajah-gajah itu.
Bila kawanan gajah itu tiba, Jumar biasa menggiring mereka agar balik ke hutan Talang, tutupan hutan yang masih tersisa di Balai Raja. Gajah dia tuntun dengan lampu senter. “Kalau ngusir ikuti dari belakang. ‘Ayo, Datuk. Aku antar sampai tempat.’ Itu saja.” Karena Jumar memperlakukan mereka dengan baik, rumahnya tak pernah dirusak kawanan…

Keywords: Pemerintah Provinsi RiauGajah LiarKonservasi gajah
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…