Dari Balik Baju Hazmat

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-12-26 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


DARI ujung telepon, suara Rahmat Nuzuli Prayogo tertahan. “Hari ini, pukul 12.15, kami kembali berduka,” kata relawan perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianto Saroso, Jakarta Utara, itu pada Senin, 21 Desember lalu. Ia terdiam selama hampir lima detik. Di antara napasnya yang tersengal, ia melanjutkan, “Satu dokter, satu perawat, dan satu teknisi tertular virus Covid-19.”
Gogo—panggilan Rahmat Nuzuli Prayogo—tahu persis pekerjaan yang ia jalani membuatnya berisiko tertular Covid-19, seperti tiga rekannya. Ia mengaku khawatir, takut, juga sedih. Tapi tekadnya yang bulat untuk terjun langsung melayani pasien di masa pandemi membuat Gogo kembali meneguhkan hatinya. Menurut dia, dalam situasi pelik seperti ini, yang bisa ia lakukan hanya berdoa dan sesempurna mungkin menjalani protokol kesehatan.
Ia telah memilih jalan ini. Sebelumnya, perawat 30 tahun kelahiran Bengkulu itu bertugas di Pusat Kesehatan Masyarakat Air Hitam Laut, Jambi. Gogo menyambut tawaran menjadi relawan Covid-19 di Jakarta ketika pandemi virus corona mulai merambah Ibu Kota pada awal Maret lalu dan jumlah kasus penularannya terus naik dari hari ke hari. “Saya ingin berbuat sesuatu,” ujarnya. “Bukan sekadar tanggung jawab dan kewajiban.”

Perawat dengan mengenakan pakaian APD melayani pasien kedua suspect (terduga penderita) COVID-19 (Corona Virus Desease) di kamar isolasi khusus RSUD dr Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, Maret 2020. ANTARA/Destyan Sujarwoko
Maka pada Mei lalu, menumpang pesawat Hercules, Gogo terbang ke Jakarta. Statusnya: relawan perawat. Ia ditempatkan di RSPI Sulianto Saroso. Sejak menginjakkan kaki di rumah sakit itu, Gogo sudah tahu risikonya: jauh dari keluarga dan ada kemungkinan terpapar virus. Ia melewatkan dua hari raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sendirian di Jakarta. Ia hanya bercakap melalui telepon dengan keluarganya yang tinggal di Bengkulu.
Satu hal menyedihkan yang harus ia hadapi adalah ketika tak bisa pulang ke Bengkulu untuk memperingati kematian kakak perempuannya yang berusia 31 tahun. Berat baginya melepas kematian sang kakak. Dia juga tak bisa merawat kerabat dan koleganya yang terjangkit Covid-19 di kampung halamannya.
Dalam kesedihan itu, Gogo tetap bekerja. Ia satu-satunya relawan perawat dari Jambi yang masih bertahan. Tiga temannya sudah mundur karena mengalami kelelahan dan tertular, lalu tak kembali…

Keywords: Virus CoronaCovid-19Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…