Fragile
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-01-16 / Halaman : / Rubrik : CTP / Penulis :
KEMARIN teman saya meninggal karena virus—dan dukacita itu bukan yang pertama. Mungkin bukan yang terakhir. Tiap hari kita dengar berita penularan dan kematian: Covid-19 belum berhenti mengambil korban. Dunia mencoba memeranginya dengan terengah-engah.…
How fragile we are
How fragile we are
Tentu lagu Sting itu lebih berbicara tentang sejarah yang dirundung kekerasan ketimbang tentang hubungan manusia dengan pandemi. Tapi di hari-hari ini pun terasa apa yang fragile atau rapuh itu: tak ada yang bisa jawab kapan wabah ini reda. Juga sains tak bisa.
Tak berarti sains sia-sia. Manusia telah lama melampaui abad ke-13, ketika Wabah Besar Pes membinasakan sepertiga penduduk Eropa. Menakutkan, misterius: tubuh dan roh seakan-akan terhampar dalam khaos seperti dilukiskan Pieter Bruegel dalam “Kemenangan Maut”. Waktu itu manusia pasrah dan doa membubung. Sains nyaris tak ada, sampai Alexander Yersin menemukan bakterium penyebabnya, “Yersinia pestis”, di tahun 1894. Sejak itu orang makin berpedoman kepada epidemologi. Harapan jadi wajar.
Tapi wabah adalah perang tanpa perbatasan. Tak ada ruang dan waktu yang bisa ditata…
Keywords: Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Xu
1994-05-14Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…
Zlata
1994-04-16Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…
Zhirinovsky
1994-02-05Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…