Buruh Pabrik Tahu Di Palmerah
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-01-23 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :
MENGENAKAN kemeja bergaris biru dan celana denim, Herman Hery Adranacus keluar dari mobil Toyota Alphard berkelir hitam di lobi gedung Tempo di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 16 Januari lalu. Sebelum menjelaskan duduk perkara korupsi bantuan sosial di Kementerian Sosial yang menyeret namanya, Herman menceritakan perjalanan hidupnya sebagai pengusaha.Herman mengaku pernah mengalami masa-masa getir semasa muda. Hidup dalam kemiskinan, pada usia 17 tahun, sulung dari sepuluh bersaudara itu merantau dari tanah kelahirannya di Ende, Nusa Tenggara Timur, ke Jakarta. Di Ibu Kota, pertama-tama ia bekerja sebagai buruh pabrik tahu di Palmerah. “Manggul kedelai, cuci kedelai,” ujar pria 58 tahun ini.Dua tahun berselang, ia keluar. “Karena sudah tahu Jakarta,” ujarnya. Selanjutnya ia bekerja sebagai tenaga penjualan yang menjual barang apa saja. Kepada pemilik barang, ia mengaku tak meminta gaji, melainkan komisi. “Saya angkut barang pakai mobil, tawarin dari…
Keywords: Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur | NTT, Korupsi Dana Bansos, PDI Perjuangan, Bantuan Sosial Covid 19, Herman Hery, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…