Etalase
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-02-20 / Halaman : / Rubrik : CTP / Penulis :
KITA kangen etalase. Toko dan mall menjauh dari pengalaman. Pandemi berbulan-bulan membuat kita makin terbiasa menjaga jarak dari benda-benda sebagai tontonan.
Tapi mengapa harus kangen? Menjaga jarak tak berarti lepas. Kita tetap hidup dikelilingi apa yang sejak setengah abad yang lalu disinyalir Guy Debord sebagai la société du spectacle: sebuah kehidupan bersama di mana orang tak lagi sekadar “ada” (l’être), tapi harus “punya” (l’avoir), dan tak sekadar “punya”, tapi juga harus “tampil” (le paraître).
Dengan “tampil”, kita membuat benda-benda jadi penanda. Baju yang kita kenakan tak hanya buat melindungi tubuh, tapi juga penanda kemampuan, kecantikan, dan martabat. Kita ingin dilihat. Kita ingin dinilai. Kita berjejer untuk diklasifikasikan ke dalam golongan pemakai blouse Dolce & Gabbana atau konsumen Pasar Senen, pemakai jaket bomber Country Road atau baju Pasar Klewer.
Berbeda dari di masa pra-Covid, kini penampilan itu—disebut “virtual”—diciutkan jadi hanya yang terlihat dan yang terdengar. Kita mengikuti (tak persis bisa dikatakan “menonton”) teater, pertunjukan musik, peragaan busana, dan pertandingan bola, tanpa datang ke sebuah ruang fisik, di mana…
Keywords: Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir, Pandemi, Pandemi Covid-19, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Xu
1994-05-14Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…
Zlata
1994-04-16Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…
Zhirinovsky
1994-02-05Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…