Mencari Titik Balik Pandemi

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-03-13 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


SETAHUN belakangan ini hidup kita makin akrab dengan obituari. Kabar kematian datang tiap hari. Bermula dari kematian tokoh atau orang-orang jauh yang kita kenal tapi tidak menyentuh kita, hari ke hari kematian orang-orang dekat mulai mengusik perhatian kita. Statistik kematian Covid-19 yang awalnya sekadar angka mulai menjadi cerita yang nyata.
Pada mulanya tiap kabar kematian melahirkan pertanyaan seragam: “Meninggal karena Covid?” Berikutnya, tiap kematian menjadi dingin, kita mulai menerima tiap berita tanpa pertanyaan, seraya mungkin cemas kapan tiba giliran kita.
Demikianlah. Pandemi menghadirkan pertanyaan-pertanyaan besar tentang apa peran sains; apa gunanya kontrol, karantina dan debat tentang ekonomi, serta kebebasan. Namun, dalam segi yang paling subtil, pandemi pada ujungnya berkisar pada pertanyaan tentang bagaimana kita bisa melanjutkan hidup dan bagaimana kita akan mati. Pandemi menjadikan garis linear hidup dan mati menjadi semacam dua kutub ekstrem yang patah.
Pandemi telah mengubah cara kita mati, juga mengubah cara kita merespons kematian. Sebelum pandemi, kematian selalu sempat diperingati secara sosial dan kultural. Keluarga, teman, dan kerabat punya kesempatan melakukan performa perkabungan yang normal. Doa, pidato perpisahan, dan lagu-lagu lelayu mengiringi yang mati hingga ke permakaman. Seremoni itu untuk menunjukkan ikatan organis antara si mati dan keluarga, teman dan masyarakatnya. Dalam situasi normal, seremoni kematian menandaskan hubungan unik individu sebagai bagian dari suatu organisasi sosial. Saat pandemi, seluruh seremoni itu hilang.
Pandemi mencabut representasi masyarakat, keluarga, dan lingkungan sosial dari seremoni kematian. Dengan itu kematian diringkas dan disterilisasi menjadi urusan teknikal medis biologis belaka. Lepasnya dimensi sosio-kultural dalam kematian pandemi menambah bobot kesedihan, bahkan bagi sebagian komunitas, ia menghasilkan kehilangan dan keganjilan yang tak tertahankan yang diekspresikan dalam tindakan histeris: merebut dan…

Keywords: Virus CoronaBelajar di Tengah Pandemi
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…