Sinyal-sinyal Yang Diabaikan
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-03-13 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :
HIDUP mulai berangsur normal bagi Duta Besar Republik Indonesia untuk Cina, Djauhari Oratmangun. “Sekarang bebas ke mana saja, tapi tetap pakai masker,” kata Djauhari saat berada di Fujian, Cina, untuk bersafari bisnis dalam percakapan via Zoom dengan Tempo, Rabu, 10 Maret lalu. Meski warga bebas berpergian, protokol kesehatan tetap diterapkan dan aplikasi pelacak kasus Covid-19, Health Kit, yang wajib dimiliki semua penduduk di Cina, harus berstatus hijau. Bebas tapi waspada. Begitu Liky Sutikno, Kepala Indonesia Chamber of Commerce in China, menggambarkan situasi kota-kota di Cina. Ia menceritakan kejadian beberapa hari sebelumnya saat ditemukan satu kasus positif di sebuah restoran di Shanghai, kota terbesar di Cina dengan populasi 26 juta jiwa. “Ada dua juta orang yang teridentifikasi melalui aplikasi berada di lokasi itu dalam kurun 48 jam. Mereka diminta tes PCR dan isolasi mandiri,” ucap Liky, yang dua hari sebelum kejadian makan di restoran tersebut. Kesigapan pemerintah Cina menangani pandemi Covid-19 patut dijadikan contoh. Setahun setelah Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020, Cina mencatat jumlah korban infeksi yang rendah. Menurut laporan yang diterima Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sampai 10 Maret 2021, total kasus infeksi di Cina sebanyak 102.152, pasien meninggal 44.848, dan pasien sembuh 96.835. Dalam data Worldometer, Cina berada di peringkat ke-86, terpaut jauh dari Indonesia yang menempati posisi ke-18 karena mencatat 1,4 juta kasus infeksi dan 38 ribu pasien meninggal.
•••
NUR Musyafak, mahasiswa asal Indonesia, sedang menempuh studi di Cina saat wabah Covid-19 merebak di Kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei. Nur kuliah di jurusan linguistik Central China Normal University yang berada di Wuhan. “Saya mengetahui awal-mula wabah itu melalui Internet dan percakapan di WeChat,” ujar Nur dalam wawancara via Zoom, Selasa, 9 Maret lalu. WeChat adalah aplikasi percakapan paling populer di Cina. Menurut Nur, yang juga Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia-Tiongkok (PPIT) Cabang Wuhan, kala itu akhir Desember 2019. Kampus sedang libur dan masyarakat Cina tengah bersiap menyambut Imlek. Sebagian besar mahasiswa memilih berlibur ke luar kota. Sedangkan Nur memutuskan pulang ke Tanah Air. Ia telah memesan tiket pesawat untuk keberangkatan pekan ketiga Januari 2020. “Saya bisa pulang ke Indonesia sebelum Wuhan di-lockdown pada 23 Januari 2020 karena kasusnya bertambah banyak,” tutur Nur, mengingat pengalamannya. Menurut Duta Besar Djauhari Oratmangun, KBRI, yang tidak memiliki konsulat di Wuhan, beruntung dengan adanya PPIT. “Kami berkontak dengan PPIT dan saluran komunikasi melalui grup WeChat,” katanya. “Setelah itu, KBRI membuat laporan harian ke Kementerian Luar Negeri.” Jalur komunikasi itu pula yang dipakai saat Indonesia memulangkan warga negara Indonesia yang sebagian besar adalah mahasiswa di Wuhan, awal Februari 2020. Pada Januari 2020, wabah sudah diketahui menyebar ke negara tetangga Indonesia. Thailand melaporkan kasus pertamanya pada 13 Januari 2020. Adapun Singapura mengumumkan kasus infeksi pertama pada 23 Januari dan Malaysia mengumumkan pasien nomor satu pada 25 Januari. Kesamaan dari tiga negara jiran itu adalah kasus positif Covid-19…
Keywords: Cina, Covid-19, Pandemic, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…