Kisruh Pengadaan Alat Tes Covid-19 Di Bnpb

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-03-13 / Halaman : / Rubrik : INVT / Penulis :


KEGEMBIRAAN Antonius Oktavian hanya berlangsung sesaat. Pada pertengahan Agustus 2020, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua ini menerima 12.997 unit alat deteksi virus corona. Kedatangan reagen itu, bagi Oktavian, seolah-olah pucuk dicita ulam tiba: ia kehabisan reagen sementara jumlah pasien Covid-19 di Papua terus menanjak.
Namun kegembiraannya sirna begitu ia menguji sampelnya ke spesimen positif Covid-19. Reagen Sansure buatan Cina itu malah menginformasikan hasilnya negatif. Bahan kimia itu juga menunjukkan hasil sebaliknya dari spesimen-spesimen yang mengandung virus pneumonia ini. “Kan, ajaib,” kata Oktavian.
Daripada ragu dan khawatir salah diagnosis, Oktavian mengembalikan semua alat deteksi itu ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mengirimkannya. Oktavian dan stafnya kebingungan menangani pasien dengan gejala Covid yang membeludak dan keinginan menelusuri penularan dengan menetapkan sebanyak mungkin tes.
Menunggu reagen pengganti akan makan waktu. Maka Provinsi Papua memutuskan membeli sendiri reagen ke Singapura. Mereknya Fortitude karena spesifikasinya cocok dengan alat-alat uji kimia laboratorium dinas kesehatan. “Tapi pengadaan juga butuh waktu,” ucap Oktavian. “Kami sempat kehabisan reagen sehingga disorot banyak orang. Kami dianggap tak peduli kondisi Papua.”

Petugas memasukkan sampel swab atau usap nasofaring ke dalam wadah di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Dok II Jayapura, Papua, Senin (1/2/2021). ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Di tengah kelimpungan itu, seorang pasien yang diduga terinfeksi virus corona meninggal. Sampel dahaknya belum diuji karena masih menunggu reagen Singapura. Karena takut menularkan virus, pasien itu dikubur dengan protokol Covid. Begitu reagen datang dan spesimen pasien itu diuji, ternyata hasilnya negatif. “Keluarga protes dan minta makam dibongkar,” ujar Oktavian.
Rupanya, kekisruhan tak hanya terjadi di Jayapura. Dari ratusan dokumen yang diterima Tempo, setidaknya ada 78 laboratorium dan rumah sakit di 29 provinsi yang mengembalikan alat deteksi virus ke BNPB. Reagen polymerase chain reaction (PCR), ribonucleic acid (RNA), ataupun viral transport medium (VTM) tak bisa dipakai.
Sepanjang Juli-September 2020, ada 498.644 peralatan tes virus yang kembali ke BNPB. Dari jumlah tersebut, sebanyak 483.819 unit adalah reagen merek Sansure seperti yang diterima Papua. Sisanya merek Alphagen, Liferiver, Intron, Wizprep, dan Kogene. Dari enam merek ini, hanya dua merek pertama yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam surat edaran mereka pada 20 April 2020.
Tempo mengecek sejumlah rumah sakit yang tercatat mengembalikan reagen. Laboratorium Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, salah satunya. Pengelola laboratorium mengembalikan 12.624 reagen RNA Sansure. “Reagen itu tidak sesuai dengan mesin yang kami punya,” tutur Kepala Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU Lia Kesumawati.
Menurut Lia, BNPB tak pernah bertanya spesifikasi mesin laboratorium USU sebelum mengirimkan reagen. Sebab, reagen Sansure, kata Lia, tergolong close kit atau harus dipakai dengan…

Keywords: BNPBDoni MonardoReagen Sansure BiotechTes Covid-19PCRPandemi Covid-19
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.