Jurus Fantasi, Peta Cina, Dan Cerita Silat Kho Ping Hoo

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-04-03 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


DANNY Njoman, 53 tahun, masih ingat pertama kali ia berkenalan dengan buku cerita silat (cersil) karangan penulis Kho Ping Hoo alias Asmaraman Sukowati. Saat itu, pada 1980-an, Danny yang masih duduk di kelas I sekolah menengah pertama melihat ada kerabat di rumahnya yang membawa buku Kho Ping Hoo. Namun ia tak dibolehkan mengintip isinya. “Orang tua takut saya ketagihan baca itu. Apalagi saya dianggap masih kecil, sedangkan cersilnya bacaan dewasa,” ujarnya, lalu terkekeh, saat dihubungi pada Rabu, 31 Maret lalu. Dasar berjodoh dengan Kho Ping Hoo, kawan sebangku Danny di sekolah ternyata memiliki sejumlah cersilnya. Danny pun meminjam koleksi sang kawan dan mulai melahap satu per satu jilid buku tersebut.
Betul kiranya, Danny kecanduan membaca cerita silat Kho Ping Hoo. Ia akhirnya menyisihkan uang saku sekolah demi bisa membeli satu per satu jilid cersil tersebut. Para tokoh pendekar dalam cersil Kho Ping Hoo dianggap Danny tak kalah kerennya dari superhero idolanya yang lain, seperti Godam dan Gundala. Kecintaannya pada cersil Kho Ping Hoo terbawa hingga dewasa. Setelah bekerja, Danny yang seorang tenaga presale itu pun mulai memburu jilid cersil terbitan pertama pengarang kelahiran Sragen, Jawa Tengah, tersebut.
Sama seperti Danny, Erwan Sofyan sudah lama kepincut pada kisah cersil Kho Ping Hoo. Saking tergila-gilanya, selama dua tahun ia melacak rilisan pertama buku Kho Ping Hoo di komunitas penggemar cersil dan kios-kios buku. Pencariannya berakhir setelah satu demi satu jilid buku Kho Ping Hoo ada di tangannya, termasuk dari koleganya di komunitas pencinta cersil. Buku-buku lawas itu dihargai hingga enam kali lipat dari harga aslinya, atau mencapai Rp 100 ribu per jilid. Namun, atas nama cinta, Erwan tak mempersoalkan. Yang penting koleksinya lengkap, katanya.

Roman berjudul Goda Remaja karya Kho Ping Hoo.
Erwan, 59 tahun, mulai membaca cerita silat Kho Ping Hoo pada 1973 atau saat masih duduk di kelas I SMP. Saat itu, karya Kho Ping Hoo lumayan populer. Terlebih pemerintah sempat melarang buku-buku luar negeri beredar di Indonesia. “Kho Ping Hoo mengisi kekosongan itu sehingga karyanya lebih mudah menjangkau pembaca,” ujar Erwan melalui telepon, 31 Maret lalu. Menurut dia, banyak orang akhirnya naksir pada cersil Kho Ping Hoo karena cara bertuturnya yang gurih. Plot ceritanya pun seru dan penuh kejutan. Ditambah, di tengah karier menulisnya, Kho Ping Hoo mulai membalurkan unsur filosofi ke dalam cersilnya. “Bahkan banyak petuah di cersil-cersil itu yang saya ingat sampai sekarang.”
Jejak Kho Ping Hoo dalam literasi Indonesia terbentang lebar pada 1952-1980-an. Peneliti cerita silat dari Yusof Ishak Institute, Singapura, Leo Suryadinata, menilai Kho Ping Hoo berperan besar dalam cerita silat berlatar Cina di Indonesia. Sebelum kemunculan karya Kho Ping Hoo, cersil di Tanah Air didominasi saduran kisah penulis Mandarin oleh penerjemah Jin Yong dan Liang Yusheng. Kho Ping Hoo menuliskan fantasinya sendiri karena ia sejatinya tak paham aksara dan bahasa Cina.
Namun hal itu dinilai Leo sebagai kekuatan…

Keywords: Sastra
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…