Jodoh Di Tangan Savitri

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-04-03 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


SAVITRI barangkali satu-satunya karakter perempuan dalam Mahabharata yang merdeka dalam urusan jodoh. Dia tak duduk menunggu dinikahkan atau menjadi hadiah untuk suatu sayembara para lelaki pejuang. Malahan Savitri didorong ayahnya, Raja Mandraka, untuk berkelana mencari pilihan hatinya. “Savitri boleh memilih jodohnya sendiri,” ucap Raja dari atas singgasana. Maka berkelanalah perempuan itu. Ke timur dan barat, ke utara dan selatan. Dia melanglang sendirian hingga menemukan lelaki yang dia cintai, yaitu Setiawan, putra raja tunanetra Begawan Jumasena. Mereka menikah lalu bahagia selamanya? Belum. Kisah ini tak berakhir sampai di situ. Ujian Savitri bahkan baru dimulai pada hari pernikahannya. Dalam lakon Teater Koma berjudul Savitri yang ditayangkan secara daring lewat YouTube sepanjang 25-31 Maret lalu, Savitri diperankan oleh Sekar Dewantari. Hampir sepanjang lakon dia berkostum hitam dan berkerudung hitam. Suaranya lantang dan percaya diri. Savitri menjadi wujud perempuan muda yang tahu apa yang dia mau dan teguh mempertahankan haknya. Penulis naskah dan sutradara Nano Riantiarno tak banyak mengubah alur kisah Savitri. Yang berbeda hanyalah kehadiran karakter tiga penujum yang meramalkan Setiawan akan mati segera setelah pernikahannya dengan Savitri. Nano—sapaan akrab Riantiarno—terkesima tatkala melihat tarian Savitri yang ditampilkan oleh Retno Maruti pada 2011. Keluar dari gedung pertunjukan, Nano mencetuskan tekad untuk mengangkat Savitri menjadi lakon…

Keywords: Seniman Teater
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.