Berpikir Saja Seharusnya Cukup
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-04-24 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :
RADHAR Panca Dahana adalah lelaki berperawakan kecil yang mampu mengisi penuh ruangan besar. Tatapan matanya tajam. Suaranya bulat dan lantang. Artikulasi jelas, setiap huruf dan kata selalu jernih terdengar, kecuali dalam beberapa videonya setahun terakhir, ketika penyakitnya tampak lebih mendera daripada biasanya. Kalimat-kalimatnya runut, diksinya sering canggih, diucapkan dengan intonasi terjaga—bisa dengan tekanan dramatis di sana-sini—bahkan saat ngobrol soal kopi atau komik sembari ndeprok di lantai.
Sifat performatif Radhar ini tentu terbentuk dalam pengalamannya mengolah tubuh di dunia teater. Ia telah aktif dalam dunia teater sejak remaja. Mitos pun berkembang di kalangan kampus tempat kuliahnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia bahwa sewaktu usia sekolah menengah pertama saja Radhar sudah mengajar teater bagi mahasiswa. Ini cerita yang terkait dengan gambaran Radhar yang selalu memulai dini, bagi sebagian kawannya. Tanda bahwa Radhar seorang “jenius”: sudah menulis di harian Kompas pada usia 10 tahun (pada 1975), jadi reporter olahraga di Kompas serta redaktur tamu di majalah anak Kawanku pada usia SMP, bergabung dengan Bengkel Teater Rendra pada saat sekolah menengah atas, dan jadi anggota redaksi majalah Jakarta-Jakarta ketika kuliah.
Saya mendengar pula cerita banyak orang tentang keberanian Radhar, yang usianya “anak bawang”, melawan Rendra. Keluar dari Bengkel Teater, Radhar mendirikan Teater Kosong pada 1985. Akar teater ini adalah komunitas seni di Bulungan. Pada 1980-an, Bulungan memang menjadi salah satu ekosistem mini kesenian Jakarta alternatif Taman Ismail Marzuki.
Dalam naskah-naskah teater Radhar untuk Teater Kosong, tampak dua watak kreatifnya: filosofis dan kritis. Kedua hal itu mewujud pada…
Keywords: Dewan Kesenian Jakarta, Budaya, Obituari, Radhar Panca Dahana, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…