Gunung Es Predator Digital

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-05-29 / Halaman : / Rubrik : OPI / Penulis :


ADA sisi gelap perkembangan teknologi digital yang kerap luput dari perhatian kita. Meluasnya penggunaan Internet dan mudahnya mengunggah konten video ke platform digital ternyata memicu maraknya pornografi ilegal di banyak negara, termasuk di Indonesia. Korbannya adalah perempuan yang diperdaya—sebagian bahkan dipaksa—untuk mempertontonkan tubuh ataupun aktivitas seksual mereka. Inilah konsekuensi yang tak diharapkan (unintended consequence) dari pesatnya pertumbuhan teknologi online belakangan ini.
Kondisi itu diperparah oleh minimnya perangkat perlindungan hukum bagi para korban. Melaporkan tindak pidana kejahatan seksual sering menimbulkan trauma baru bagi perempuan. Kentalnya kultur patriarkis, yang menempatkan laki-laki lebih dominan dalam sistem sosial kita, menjadi penghambat penanganan perkara kesusilaan yang korbannya mayoritas perempuan. Diskriminasi ini yang kemudian membuat banyak korban kekerasan seksual memilih menutup diri. Sebagian besar aparat penegak hukum tidak dilengkapi pengetahuan yang memadai untuk menangani kasus kekerasan seksual biasa, apalagi yang terjadi via teknologi…

Keywords: Pelecehan SeksualPBBPornografiPolisi Virtualkekerasan seksual
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Transparansi Bujet Informan
2007-11-18

Menjadikan teroris sebagai informan harus disertai aturan jelas. perlu pengawasan anggaran yang ketat.

K
Kisruh Tabung Gas Pertamina
2007-11-18

Pemerintah akhirnya menyetujui impor tabung gas. program konversi energi tak bisa ditunda.

S
Singkirkan Makelar Sumur Minyak
2007-11-25

Harga minyak meroket, investor pun datang berebut. bagi yang mangkir, penalti harus dijatuhkan.