Etnografi Di Selembar Kartu Pos
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-06-05 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
PADA 1995-1996, Scott Merrillees, penulis buku Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945, sering duduk di kursi kayu tinggi di atas meja etalase toko prangko TMA Stamps. TMA adalah kependekan dari Tangerang Mail Auction, acara lelang prangko kuno di Tangerang yang rutin digelar Suwito Harsono, pemilik toko tersebut. Toko itu terletak di salah sudut lantai 1 Metro Plaza, Pasar Baru, Jakarta.
Toko itu sebenarnya menjual prangko-prangko kuno, tapi juga punya koleksi kartu pos yang disusun rapi di delapan buku yang berisi ribuan kartu. Buku ini sebesar meja. Satu halamannya menampilkan setidaknya 16 kartu pos.
Sampul buku Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945
Merrillees justru tertarik pada kumpulan kartu pos itu. Warga negara Australia kelahiran Melbourne pada 1962 itu dengan telaten memeriksa koleksi kartu pos di buku-buku tersebut. Bisa dua jam lebih dia membuka-buka buku dan kemudian memilih kartu yang memikat hatinya. Menurut Suwito, Merrillees sering datang ke sana pada jam makan siang. "Biasanya dia membeli beberapa puluh kartu pos setiap kali datang," kata Suwito kepada Tempo, Senin, 24 Mei lalu.
Suwito adalah kolektor prangko, kartu pos, dan uang kertas kuno. Koleksi prangkonya, yang dia kumpulkan sejak berusia sekolah dasar, sering ia ikutkan pameran prangko internasional. Koleksinya meraih medali emas dalam pameran filateli dunia di Istanbul, Turki, pada 1996. Adapun koleksi uang kertas kunonya kemudian dibukukan dalam ORIDA: Oeang Republik Indonesia Daerah 1947-1949, yang dia tulis bersama Michell Suharli.
Suwito bersahabat dengan Merrillees sejak 1990-an dan kini masih berkomunikasi melalui media sosial. Suwito menuturkan, Merrillees dulu kerap memborong kartu pos kuno dari tokonya, yang saat itu harganya cuma sekitar Rp 15 ribu sebuah. Harga sebuah kartu pos kuno bergantung pada banyak faktor, seperti jenis kertas, kualitas kertas, kelangkaan, gambar, dan prangkonya. Harga kartu pos tanpa cap pos dari zaman Hindia Belanda sekarang Rp 200-250 ribu. Harga kartu dengan prangko yang dicap bisa lebih tinggi. "Harga kartu pos yang langka bisa Rp 1-2 juta," tuturnya.
Kartu pos dengan foto perempuan Minangkabau, Padang Panjang, yang diterbitkan oleh Tjan Djoe Sien, Padang, 7 Agustus 1930. Foto: Buku Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900-1945
Selain mendapatkan kartu pos lawas dari toko TMA Stamps, Merrillees mengaku memperolehnya dari Java Auction, balai lelang barang antik di Bandung dan pasar daring (online) seperti eBay. "Saya juga berburu ke pasar loak seperti di Pasar Senen," ujarnya.
Merrillees sebenarnya tertarik pada foto di kartu pos. Koleksi foto kunonya termuat dalam buku pertamanya, Batavia in Nineteenth…
Keywords: Pentas Seni, Sejarah Kemerdekaan, Penulis Buku, Uang Kuno, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…