Gotong-royong Vaksin Rente
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-07-17 / Halaman : / Rubrik : OPI / Penulis :
KISRUH vaksin berbayar sepekan terakhir mengingatkan kita pada selarik syair lagu pop. Ditulis Ebiet G. Ade pada 1982, tembang “Untuk Kita Renungkan” dibuat untuk menyindir pengail cuan dari bencana letusan Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Jawa Barat. Katanya, “dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista”.
Empat dekade berlalu, di tengah pagebluk yang tengah berkecamuk, program vaksin berbayar yang didorong pemerintah serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia membuat syair itu kembali relevan. Memperhalus istilah “berdagang vaksin” dengan “bergotong-royong menyediakan vaksin”, eufemisme itu sejatinya hanya menutupi satu hal: komersialisasi pandemi.
Presiden Joko Widodo memang sudah membatalkan vaksin berbayar untuk individu. Meski demikian, program serupa untuk korporasi tetap berjalan. Perusahaan yang ingin semua karyawannya divaksin agar bisa beroperasi kembali dengan aman harus membayar kepada badan usaha milik negara. Di tengah kepungan virus corona yang mematikan dan roda ekonomi yang nyaris macet, menjual vaksin penyelamat nyawa sungguh tak etis. Pemerintah…
Keywords: Vaksin, Vaksinasi Gotong Royong, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Transparansi Bujet Informan
2007-11-18Menjadikan teroris sebagai informan harus disertai aturan jelas. perlu pengawasan anggaran yang ketat.
Kisruh Tabung Gas Pertamina
2007-11-18Pemerintah akhirnya menyetujui impor tabung gas. program konversi energi tak bisa ditunda.
Singkirkan Makelar Sumur Minyak
2007-11-25Harga minyak meroket, investor pun datang berebut. bagi yang mangkir, penalti harus dijatuhkan.