Ke-putus-an
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-08-07 / Halaman : / Rubrik : CTP / Penulis :
KEMERDEKAAN bukan hanya sepatah kata bulan Agustus. Kita tiap kali didesak merenungkannya—meskipun kita sering tak bisa. Merenung bukan hal mudah. Dari pengeras suara di kejauhan terdengar khotbah yang berteriak dan dari televisi tetangga suara percakapan sinetron yang bodoh. Mungkin sudah saatnya kita membaca sebuah sajak.
Persisnya, sajak Toto Sudarto Bachtiar:Kemerdekaan adalah tanah air dan laut semua suaraJanganlah takut kepadanya
Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembaraJanganlah takut kepadanya
Kemerdekaan ialah cinta salih yang mesraBawalah daku kepadanya
Tak mudah menyimpulkan apa yang dikatakan sang penyair, tapi satu hal terasa: sajak itu mengisyaratkan bahwa kemerdekaan tak dengan sendirinya hadir dalam diri kita. Kalimat “bawalah daku kepadanya” menunjukkan ada jarak antara “daku”, alias subyek, dan keadaan merdeka.
Dengan kata lain, kemerdekaan adalah keadaan yang aksidental, bukan sesuatu yang esensial, pada diriku; ia sewaktu-waktu bisa lenyap. Hari-hari ini kenyataan itu makin genting: pada dasarnya kita tak berdaulat. Kita, subyek, hanya sehimpun data, yang bisa diakses teknologi informasi, dimanipulasi dengan algoritma.
Dengan data yang dihimpun profil kita terbentuk: kita gemar musik Tohpati dan Dewa Budjana, suka membaca novel Dee dan Catatan Pinggir, kita peminum setia kopi Sarongge…
Keywords: catatan pinggir (caping), 
Foto Terkait
Artikel Majalah Text Lainnya
Xu
1994-05-14Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…
Zlata
1994-04-16Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…
Zhirinovsky
1994-02-05Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…