Sudah Jatuh Tertimpa Corona
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-08-21 / Halaman : / Rubrik : EB / Penulis :
PERUNDINGAN panjang masih berlangsung antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan sejumlah pengembang listrik swasta. Perusahaan setrum milik negara itu sedang berupaya mengatur ulang jadwal operasi beberapa pembangkit listrik yang semula direncanakan aktif mulai tahun ini.
Manajemen PLN menyebutnya sebagai forum konsultasi, bukan perundingan atau negosiasi. “Sejak tahun lalu dan terus berjalan,” kata Direktur Energi Primer PLN Rudy Hendra Prastowo, Jumat, 20 Agustus lalu.
Untuk apa? “Pandemi Covid-19 mengubah supply-demand,” ucap Rudy. Karena itu, rapat konsultasi digeber, “Agar dipahami dan disetujui bersama.” PLN membentuk tim khusus untuk konsultasi ini. Menurut Rudy, konsultasi dilakukan dengan independent power producer (IPP) yang proyeknya masih dalam tahap konstruksi.
Bagi PLN, pemunduran jadwal untuk mengurangi beban pembelian listrik ini sebetulnya dilematis. Perseroan sedang mendorong transisi energi dan dekarbonisasi untuk mencapai target nol bersih emisi atau karbon netral pada 2060.
Pandemi Covid-19 membuat permintaan setrum merosot, terutama dari industri yang terkena imbas pembatasan interaksi sosial sejak Maret 2020. Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril dalam sebuah webinar pada 12 Juli lalu memaparkan rata-rata cadangan daya atau reserve margin di seluruh sistem kelistrikan PLN mencapai 52 persen sejak virus corona mengganas.
Dalam sistem kelistrikan Jawa-Bali, misalnya, reserve margin mencapai 50 persen, Sumatera 51 persen, Kalimantan 71 persen, Sulawesi lebih dari 45 persen, dan Maluku-Papua-Nusa Tenggara lebih dari 62 persen. Sebelum pandemi merebak, PLN bisa menjaga tingkat listrik tak terserap di posisi sekitar 30 persen.
Bob membenarkan kabar bahwa PLN tengah menggeber konsultasi dengan IPP untuk memundurkan jadwal operasi pembangkit secara komersial atau commercial operation date. “Banyak pengembang sudah bersedia,” ia menuturkan pada Senin, 16 Agustus lalu.
Penggeseran jadwal ini antara lain menyasar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Sumsel 8 yang berkapasitas 2 x 620 megawatt di Muara Enim, Sumatera Selatan. Pembangkit mulut tambang terbesar ini merupakan bagian dari program pengadaan listrik 35 ribu megawatt yang dibangun PT Huadian Bukit Asam Power—perusahaan patungan PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan China Huadian Hong Kong Ltd.
Dibangun mulai akhir 2018, proyek ini menelan investasi sekitar US$ 1,68 miliar atau lebih dari Rp 24 triliun dengan pembiayaan dari China Export Import Bank. PLTU Sumsel 8 Unit 1 dirancang beroperasi mulai kuartal IV…
Keywords: Perubahan Iklim, PT PLN (Persero), Penurunan Emisi, Covid-19, PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), Energi Baru dan Terbarukan | EBT, PLTU Batu Bara, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…