Batas

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-08-28 / Halaman : / Rubrik : CTP / Penulis :


DUA puluh tahun yang lalu, 11 September 2001, saya memandang langit Selasa pagi yang terang dari kamar sebuah hotel di Manhattan, New York. Tapi tak lama. Menjelang pukul sembilan, yang terang jadi keruh.
Sebuah pesawat Boeing 767 menabrak tingkat 80 menara utara World Trade Center yang menjulang ke langit. Delapan belas menit kemudian, satu pesawat lagi menggebrakkan diri ke menara yang selatan. Tower Kembar itu akhirnya runtuh. Ribuan orang yang pagi itu di sana tewas. Apa yang tak pernah dibayangkan jadi peristiwa besar di siang-bolong.
New York terhenyak, bingung, cemas. Subway berhenti total, juga bus kota, juga taksi. Semua orang—saya di antaranya—berjalan kaki dari bagian kota yang satu ke bagian kota yang lain. Bila mereka tak agresif, mungkin karena dalam keterhenyakan massal itu, mereka saling cari teman.
Siapa terbunuh? Berapa? Siapa menyerang? Beberapa puluh menit setelah suara gelegar dan api menyala di sisa gedung setinggi 110 tingkat itu—dan setelah di layar televisi berita, statemen dan analisis muncul berganti-ganti—orang sadar, ini bukan kecelakaan. Ini bukan bencana kota besar. Ini bagian dari entah.
Dan entah itu jadi…

Keywords: catatan pinggir (caping)
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

X
Xu
1994-05-14

Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…

Z
Zlata
1994-04-16

Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…

Z
Zhirinovsky
1994-02-05

Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…