Dari Putri Priayi Ke Aktivis Bawah Tanah

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-02 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


“AKU tuh saat sekolah cita-citanya sudah tinggi; bukan ingin jadi istri. Waktu itu aku ingin memperjuangkan hak perempuan seperti yang dilakukan Kartini,” tutur Umi Sardjono kepada Ruth Indiah Rahayu, Ketua Divisi Pendidikan IndoProgress Institute for Social Research and Education, pada awal 2000-an.
Menurut Ruth, pengakuan itu menunjukkan bahwa keinginan memperjuangkan hak perempuan sudah muncul sejak Umi masih belia. “Di saat perempuan sebayanya ingin menjadi nyonya (menikah), Umi justru memikirkan hak perempuan,” ujar Ruth dalam wawancara via Zoom dengan Tempo, Sabtu, 25 September lalu.
Ketika Ruth menjumpainya, ingatan Umi yang saat itu sudah sepuh mulai lemah. Ruth menyebutkan mantan pemimpin Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) tersebut mulai pikun dan menderita paranoid akut. Kejadian traumatis yang ia alami selama dipenjara pada masa Orde Baru terus menghantuinya. Umi masih merasa terus diawasi hingga akhir hidupnya.
Umi Sardjono lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 Desember 1923, dengan nama Suharti Sumodiwirjo. Ayah Umi, Ruslan Sumodiwirjo, adalah seorang carik atau juru tulis di kawedanan. Adapun sang kakek dulu adalah prajurit Pangeran Diponegoro. Setelah kalah oleh Belanda pada 1830, sebagian anggota pasukan Diponegoro mengungsi ke Salatiga. Mereka kemudian membuka lahan di sana, termasuk kakek Umi. “Umi mewarisi darah pejuang sang kakek, juga bapaknya, yang aktif di pergerakan,” kata Lilik H.S., penulis buku Pemenang Kehidupan (tentang penyintas perempuan 1965), pada Kamis, 30 September lalu.
Tak banyak yang Umi ceritakan kepada Ruth dan Lilik mengenai sosok ibunya. Ruth menduga itu karena pada masa lalu peran perempuan dalam rumah tangga cenderung subordinat dari lelaki. Namun status Ruslan sebagai pamong praja kawedanan memberi Umi keistimewaan untuk bisa belajar di sekolah Belanda buat bumiputra, Hollandsch-Inlandsche School. Pada masanya, hanya segelintir orang yang mendapatkan peluang tersebut. Ruslan tak sekadar membukakan akses untuk Umi bersekolah, tapi juga mengenalkan putri keduanya ini kepada “buku babon” perjuangan perempuan saat itu, Habis Gelap Terbitlah Terang, karya Raden Ajeng Kartini.


Keywords: RA KartiniPartai Komunis Indonesia | PKIPerang KemerdekaanGerwaniUmi Sardjono
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…