Mendadak Sepatu

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-09 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


PADA Agustus-September lalu, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, menggelar pameran seni rupa publik (public art), terutama patung monumen di seluruh Indonesia. Karena patung monumen itu difungsikan sebagai titik pengingatan akan memori, dan tanda pengingat akan tempat (landmark), pameran tersebut dijuduli “Poros”.
Pameran ini mengajak banyak orang mengamati, menghitung, dan berefleksi: patung monumen apa saja yang banyak dipresentasikan, juga patung monumen bermuatan apa yang terlupa dibangun sampai masa kini. Dari sini muncul jawaban: ternyata monumen yang menjunjung ikon politik dan revolusi mengisi poros pandang di mana saja. Sedangkan patung monumen yang menyentuh tema di luar itu sangatlah langka.
Seolah-olah membaca realitas “Poros”, pada pertengahan September lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tiba-tiba memajang patung monumen sepatu di beberapa sisi kota. Patung sepatu raksasa berwarna-warni tersebut dicokolkan di beberapa kawasan.
Masyarakat menyambut Monumen Sepatu itu dengan lihatan beragam. Sebagian menganggapnya sebagai obyek pemandangan baru, yang lumayan bisa dipakai sebagai latar swafoto. Namun, bagi yang memahami sosio-ekonomi, industri, serta putaran benda-benda produksi, Monumen Sepatu jelas-jelas alat promosi. Sebab, ditampilkan mentah-mentah model beberapa sepatu merek tertentu. Apalagi sepatu yang ditaruh di situ hanya sebelah sehingga persis seperti yang terlihat di etalase toko. Monumen ini tak berbeda dengan patung sepatu raksasa di hall pertokoan sepatu di ION Orchard, Singapura. Atau patung sepatu jinjit (high heel) serat kaca merah menyala yang kini sedang marak terpajang menjulang di berbagai mal besar di Tiongkok.



Keywords: SepatuPatungSeni
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.