Ugal-ugalan Lumbung Pangan

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-09 / Halaman : / Rubrik : INVT / Penulis :


DENGAN suara berat dan bergetar, Rangkap berbicara lirih tentang hutan di Desa Tewai Baru di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang menjadi sumber hidup penduduk empat desa di sekitarnya selama puluhan tahun. Matanya nanar menatap hamparan tanah gersang yang ditumbuhi singkong. “Dulu ini hutan lebat,” kata laki-laki 50 tahun itu.
Kami berdiri di antara tumpukan kayu berdiameter 40 sentimeter yang berderet membentuk bukit kecil mengelilingi kebun singkong ini. Cuaca akhir Agustus 2021 begitu menyengat. Matahari khatulistiwa leluasa menampar wajah Rangkap di lahan terbuka itu. “Dulu banyak babi hutan dan kancil di sini,” ia terus berbicara. 
Tempo mengajak Rangkap berkeliling kebun singkong. Untuk ukuran singkong berusia enam bulan, tingginya hanya selutut, kurus, dan berdaun kuning. Dalam jarak 10 meter, dari 10 batang singkong, dua batang punah. Menurut Rangkap, lapisan tanah hutan sekunder ini berpasir sehingga makin gersang jika tak ternaungi pohon. 
Sebelum lahan ini menjadi kebun singkong, dulu Rangkap menanam terung dan cabai, di bawah tegakan-tegakan pohon. Menurut ketua majelis Hindu Kaharingan di desanya itu, masyarakat di sekitar hutan mempraktikkan wanatani secara turun-temurun. Sebulan sekali ia menengok kebun itu sambil berburu kancil atau babi hutan atau mencari rotan.
Kebiasaan itu terhenti pada November 2020. Puluhan alat berat yang dikawal tentara datang ke desanya, terus melaju ke hutan itu, sekitar 10 kilometer dari pusat desa, lalu menumbangkan bengkirai dan meranti serta pohon apa saja yang menghalangi. Dalam sebulan, hutan rimbun menganga 600 hektare.

Foto udara lahan perkebunan singkong di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, 6 Maret 2021. SOB
Dari curi dengar dan pembicaraan warga desa, Rangkap tahu hutan itu dibuka untuk dijadikan area lumbung pangan atau food estate. Akibat pembukaan hutan, pada Desember 2020, ketika hujan turun, air Sungai Tambun dan Tambi yang melintasi Desa Tewai Baru dan Tampelas meluap. Kebun singkong itu adalah hulu dua sungai yang bermuara di Sungai Kahayan atau Sungai Besar Dayak, sungai terbesar kedua setelah Barito di Kalimantan Tengah, tersebut. 
Warga desa tidak bisa berbuat apa-apa. Selain tak terlalu mengerti duduk soal pembangunan kebun singkong, mereka jeri kepada tentara yang berjaga di perkebunan. Pintu masuk ke perkebunan singkong tertutup portal besi yang ditempeli papan kayu bertulisan “Dilarang Masuk”. Ada tenda tentara yang menjadi pos jaga.
Tempo dan Rangkap masuk ke area perkebunan diam-diam, memutar lewat hutan. Namun, ketika kami sedang berada di kebun singkong, dua orang berseragam loreng tentara datang. Selama satu jam mereka menanyakan tujuan kami datang ke kebun singkong. “Ini proyek Kementerian Pertahanan,” tutur seseorang yang mengaku bernama Bowo. “Siapa pun dilarang masuk tanpa izin Kementerian Pertahanan.” 
•••
PEMBUKAAN hutan Gunung Mas menjadi kebun singkong bermula dari pernyataan Presiden Joko Widodo. Sebulan setelah virus corona masuk ke Jakarta, 1.400 kilometer dari Kalimantan Tengah, Jokowi menyampaikan peringatan Badan Pangan Dunia (FAO) mengenai potensi krisis pangan akibat pandemi Covid-19. “Kita persiapkan sejak dini ketahanan pangan di daerah-daerah,” tulis Jokowi di Instagram pada 13 April 2020.
Satu bulan setelah pernyataan itu, Jokowi memerintahkan Kementerian Pertanian serta Badan Usaha Milik Negara dan daerah keroyokan membuka sawah baru. Kalimantan Tengah menjadi target utama program food estate. 
Kementerian Pertanian bergerak cepat. Menteri Syahrul Yasin Limpo terbang ke Palangka Raya menemui Gubernur Sugianto Sabran membicarakan kesiapan daerah itu menjadi pelaksana program ketahanan pangan nasional. Pada pertengahan Mei 2020, Syahrul dan Sugianto menanam padi bersama di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Pulang Pisau.
Dua bulan kemudian, Jokowi menyusul. Didampingi Menteri Syahrul dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Jokowi mengunjungi Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau untuk melihat persiapan pembukaan sawah baru.
Di sana, Jokowi membuat pengumuman mengejutkan. Bukan Menteri Syahrul yang ia tunjuk, Jokowi mengatakan penanggung jawab food estate adalah Prabowo Subianto. “Karena proyek ini menyangkut cadangan strategis pangan kita,” kata Jokowi di Pulang Pisau pada 9 Juli 2020.

Foto udara lahan perkebunan singkong di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, 24 Agustus 2021. TEMPO
Giliran Prabowo yang bergerak cepat. Ia menugasi sejumlah pejabat kementeriannya mengunjungi Gunung Mas. Bupati Jaya Samaya Monong menyambut para pejabat itu dan mengumpulkan empat kepala desa dari Kecamatan Sepang. Jaya menjelaskan bahwa hutan di sekitar…

Keywords: MoeldokoPrabowo SubiantoJokowiDeforestasiFood EstateAgrinasFree Access
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.