Tubuh Yang Kehilangan Eksistensi
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-16 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
SANGAT mungkin watak peradaban manusia bagaikan batu Sisyphus, yang pada setiap titik puncaknya akan kembali menggelinding ke dasar lembah persoalan baru. Sementara Sisyphus sepenuhnya sadar bahwa dia digariskan untuk menantang kehadiran dirinya dalam bekukan hukum besi para dewa, peradaban manusia masa kini berhadapan dengan realitas bahwa semua produk dari kemutakhiran dan kecanggihan teknologi biomedis yang pernah dianggap sebagai momentum penting menjadi bumerang.
Dalam konteks itulah pandemi Covid-19 hadir di lingkungan kehidupan sosial dan personal kita, membekuk seluruh daya dan menyita, bahkan menghabiskan, energi serta optimisme yang selama ini kita tebar sebagai jala untuk meraih momentum dan harapan lain dalam bentangan cakrawala optimisme manusia modern. Namun, di antara itu pula, di antara sisa-sisa optimisme serta upaya mengatasi pandemi yang tak terkira dampaknya, sejumlah pertanyaan dan gugatan muncul dalam bentuk protes demi protes dan menyebar dalam beragam wujud, dari mural sampai ungkapan yang menyebar di media sosial yang tak berujung. Labirin masalah kian membingungkan, bahkan menciptakan disorientasi.
Dalam bekukan masalah akibat Covid-19 itulah Komunitas Payung Hitam (KPH), Bandung, dengan sutradara Rahman Sabur dan dukungan pelaku teater Mohammad Wail Irsyad, Heryana G. Benu, Sugiyanti Ariani, serta Intan M. Harby memanggungkan secara daring tiga sajian bertajuk Urab Lamron…
Keywords: Pentas Seni, Seniman Teater, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.