Kebanalan Eksistensial Syakieb Sungkar
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-11-06 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
SEBAGAI anak seorang pelukis merangkap penulis, saya sejak kecil tumbuh di dalam ruang lingkup seni budaya, yang kini disebut ekosistem seni. Saya tahu betul segi-segi lingkungan itu, baik segi serius nan kreatif maupun segi gombal serta segi noraknya. Bak bunga harum, sang kreator dikelilingi bermacam-macam orang: ada yang memuji tanpa memahami, ada yang memahami tapi diam, ada yang menjelaskan tanpa mengetahui, ada yang berjanji akan menulis, dan ada yang berteori tanpa melihat. Pokoknya ada saja bermacam orang berseliweran di sekitar sang seniman, yang “tahu”, “merasakan”, atau “berbagi”, apalagi pada waktu pameran. Tapi ada juga yang mendatangi acara pembukaan seni karena ingin menikmati minuman gratis atau sekadar tampak terhormat seperti OKB, orang kaya baru.
Dari sudut sosial, ada borju yang nampang, penganggur yang nyeni, proletar revolusioner yang mencari peran, serta intelektual tersesat. Masyarakat mikro ini membentuk humus subur di atas tempat tumbuh seni modern kita, termasuk karya yang baik. Berkiprah di kalangan itu adalah hidup di tengah kontradiksi sosial dan “moral” masyarakat yang ditelanjangi di depan kita. Sering membosankan, tapi bisa juga memukau dan bahkan menantang. Tidak mengherankan bila hal ini memicu kreativitas seniman.
Pada situasi seperti itu bisa terjadi “batas-batas” ruang dan kategori seni runtuh. Sang kolektor menjadi “pelukis”. Nyonya-nyonya bersanggul rapi tiba-tiba menjadi pelukis buket bunga. Demam kreativitas, bila dipicu hasrat untuk “hadir”, memang tak jarang menghasilkan kebanalan biasa yang tak pernah akan lebih dari sekadar banal, kendati diberkati kritikus.
Bengkel Salihara
Namun tak perlu…
Keywords: Seni Rupa, seniman, Pameran Seni, Seni, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.