Kita Pasti Bertemu Konflik Kepentingan

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-11-06 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


MOHAMMAD Arsjad Rasjid sedang berada di Eropa ketika pemberitaan tentang bisnis tes polymerase chain reaction (PCR) menghebohkan publik. Di sela konferensi iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, awal November lalu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia itu bertemu dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. “Dia tertawa dan bilang, ‘Pak Arsjad, tanggung jawab kau’, he-he-he....” tutur Arsjad, 51 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo, Jumat, 5 November lalu.
Nama Arsjad dan Luhut disebut dalam laporan utama majalah Tempo edisi 1-7 November 2021 mengenai keputusan pemerintah yang mewajibkan tes PCR bagi penumpang penerbangan. Publik mempersoalkan keputusan itu meski pemerintah sudah menurunkan harganya. Tempo menemukan nama Luhut, Arsjad, hingga Garibaldi Thohir—kakak Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir—terjun dalam bisnis tes usap tersebut.
Arsjad membenarkan bahwa ia menggagas pembentukan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) pada April 2020. Perusahaan ini menjalankan unit bisnis GSI Lab yang bergerak di bidang layanan tes usap PCR dan antigen. Dalam mendirikan perusahaan itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Indika untuk Indonesia ini mengajak kolega bisnisnya, antara lain Boy Thohir—sapaan Garibaldi; pendiri firma investasi Northstar Group, Patrick Sugito Walujo; hingga Luhut, yang disampaikan melalui keponakannya, Pandu Patria Sjahrir. Yayasan Indika untuk Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas PT GSI. “Saya enggak ngerti mengapa bisa meledak seperti ini. Saya benar-benar kaget dan saya merasa bersalah karena saya yang memulainya,” ujar Arsjad.
Melalui konferensi video, Arsjad yang sedang berada di Dubai, Uni Emirat Arab, menerima wartawan Tempo, Bagja Hidayat, Sapto Yunus, Mahardika Satria Hadi, dan Abdul Manan. Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk ini menceritakan awal mula pembentukan PT GSI, terseretnya nama Luhut dan Erick, hingga dugaan konflik kepentingan dalam bisnis tes PCR. 
Bagaimana ceritanya Anda terjun ke bisnis tes PCR?
Saya pertama kali menjalani tes PCR pada Maret 2020. Itu pertama kali dalam hidup saya. Waktu itu kebetulan setelah ibu saya meninggal. Memang sudah ada nuansa Covid-19. Banyak orang yang menghadiri acara tujuh harian ibu saya. Oleh anggota staf kantor, saya disarankan untuk menjalani tes PCR. Saya dan pemimpin Indika menjalani tes di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana, Jakarta Pusat. Saat itu harganya, kalau tidak salah, Rp 4 juta. Hasilnya baru keluar tujuh atau sepuluh hari. Malah ada salah satu anggota direksi Indika setelah dites, hasilnya belum keluar, dia masuk rumah sakit. Sudah pakai ventilator baru keluar hasil tes PCR-nya. Waktu saya tanya kenapa hasilnya lama, ternyata kita tidak punya banyak (laboratorium) PCR.
Apa tindak lanjutnya setelah itu?
Suatu hari saya ngobrol dengan Pak Doni Monardo (mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19). Saya tanya apa saja tantangan dalam menghadapi pandemi. Kami mencoba membantu. Salah satunya waktu itu enggak ada laboratorium PCR. Kalau tidak salah kapasitas seluruh Indonesia hanya 10 ribu sampel per hari. Pak Doni bilang ke saya, “Misalnya Mas mau bantu, bangun laboratorium untuk PCR karena kita perlu untuk testing.” Ceritanya bermula dari situ.
Berapa kapasitas laboratorium tes PCR yang dibutuhkan saat itu?
Pak Doni menjawab kalau bisa 10 ribu membantu banget.…

Keywords: Kamar Dagang dan Industri Indonesia | KadinErick ThohirLuhut PandjaitanArsjad RasjidPandemiTes Covid-19Tes PCR
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…