Uma Terakhir Di Lembah Butui

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-11-27 / Halaman : / Rubrik : PJL / Penulis :


DALAM keremangan pagi, dari balik kelambu, saya mendengar suara derap langkah kaki yang berjalan di lantai kayu. Suara orang yang hilir-mudik. Suara keciak anak ayam dan anjing yang sesekali menggonggong. Dengan cepat saya sadar sedang berada di mana: di dalam uma Aman Laulau di lembah Butui, jauh di pedalaman Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Di perapian di tengah uma, Bai Lepon terlihat sedang membakar kapurut, makanan yang terbuat dari tepung sagu dan kelapa yang dibungkus dengan daun sagu. Lidah api menyala-nyala menyebarkan rasa hangat dan menghalau udara dingin yang sepanjang malam menyelusup dari sela lantai kayu.
Di depan tungku, sambil menunggui air yang menggelegak di dalam periuk besi, Bai Karo yang duduk di sebelah Bai Lepon tampak bersantai menggulung tembakaunya dengan kertas rokok dalam gulungan kecil, lalu mengisapnya perlahan-lahan. Kedua perempuan yang juga menantu Aman Laulau itu sedang menyiapkan sarapan. 
Saya keluar dari kelambu nilon, bergabung dengan Bai Lepon dan Bai Karo, duduk di depan tungku. “Mari, kapurut-nya baru masak, enak,” kata Bai Karo. Saya mengambil satu dan membuka lilitan daun sagu yang masih panas. Penganan itu terasa lembut dan kenyal karena baru selesai dimasak. Kalau sudah dingin, kapurut bisa sekeras kayu.

Uma Aman Laulau di lembah Sarereiket, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai. Dokumentasi Dedi Sakatsila
Teman seperjalanan saya tampak masih tertidur nyenyak di balik kelambu masing-masing, mungkin masih terlalu letih. Tadi malam kelambu dipasang berjajar di ruang tengah uma untuk tidur kami. Deretan kelambu yang merapat ke dinding bagian kanan uma itu menjadi kamar tidur dadakan dan tempat privat kami pada malam. 
Sebelumnya, seharian saya dan sembilan teman mengarungi Sungai Rereiket dari Muara Siberut hingga Butui selama lima jam perjalanan naik pompong, perahu kecil dengan mesin tempel. Kami datang dengan tiga pompong yang masing-masing berpenumpang empat atau lima orang, termasuk operatornya.
Perjalanan lancar karena air sungai sedang tinggi. Hanya, sengatan sinar matahari membuat kepala terasa agak sakit. Tak terbayangkan jika naik pompong melewati Sungai Rereiket yang sedang dangkal pada musim kemarau, tentu kami akan lebih sering menyeret pompong dibanding menaikinya hingga ke Butui.
Aman Laulau, pemilik uma, adalah sikerei—ahli pengobatan tradisional dan pemimpin ritual adat Mentawai—yang terkenal. Begitu juga kedua anaknya, Aman Lepon dan Aman Godai. Mereka sering menjadi duta budaya Mentawai, dibawa ke berbagai acara festival budaya oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Mereka pernah tampil di Jakarta dan Bali. 
Uma mereka di lembah Butui ini juga menjadi tempat tujuan wisatawan dan peneliti dari dalam dan luar negeri. Peneliti asing dan fotografer mancanegara kadang tinggal beberapa bulan dan berkali-kali berkunjung ke umanya untuk mendokumentasikan budaya tradisional Mentawai yang dijalankan penduduk setempat.
Sebenarnya sudah lama saya ingin mengunjungi Aman Laulau di Butui dan melihat umanya yang besar. Tapi lokasi Butui jauh di pedalaman Siberut dan saya harus pergi ke sana bersama teman. Kebetulan pada awal Oktober lalu Dedi Julisman Sakatsila, kenalan saya dari Saibi, Siberut Tengah, mengajak ke sana. Saya pun menyambutnya dengan senang hati.

Aman Laulau (tengah) bersama kedua anaknya yang juga sikerei, Aman Lepon dan Aman Godai di dalam uma. TEMPO/Febrianti
Tahun ini, pemuda Mentawai itu menjadi salah satu penerima program Fasilitasi Bidang Kebudayaan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ia bersama timnya akan melakukan digitalisasi arsitektur rumah adat Mentawai dan

Keywords: TatoKabupaten Kepulauan MentawaiTradisi SiberutMentawai
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

1
12 TAHUN, SETELAH KONFRONTASI
1975-12-20

Proyek perkebunan dan pemukiman dari sabah land development board (sldb) banyak menyerap buruh tamu dari…

M
MENENGOK ORANG HUTAN MODERN
1976-06-12

Laporan wartawan tempo atas peninjauan ke kal-tim dalam kegiatan kayan river timber products. pemilik hak…

M
MAKAM HAWA BERLUMUT & JEDDAH YANG... ; MAKAM HAWA BERLUMUT & JEDDAH YANG...
1976-10-30

Makam siti hawa, istri nabi adam yang terdapat di kota jeddah, berlumut. kota jeddah sudah…