Jejak Sejarah Agama Dalam Mantra Barus

Edisi: 50/46 / Tanggal : 2018-02-11 / Halaman : 48 / Rubrik : IQR / Penulis : Dody Hidayat , Sahat Simatupang,


PERESMIAN Tugu Nol Kilometer Peradaban Islam Nusantara di Barus oleh Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2017 mengukuhkan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sebagai tempat masuknya Islam pertama di Nusantara menggantikan Pasai dan Peureulak, Aceh.

Mengapa Barus? Barus ternyata telah menjalin perniagaan bahan obat-obatan dengan bangsa Arab, Cina, India, dan Israel jauh sebelum datangnya Islam dan Kristen ke bandar di pesisir barat Sumatera itu. Dan semua itu jejaknya bisa dilacak dari mantra-mantra yang terdapat dalam pustaha-pustaha Batak-kitab suci agama lokal Sipele Sumangot.

Penelitian antropologi kesehatan oleh Rusmin Tumanggor, guru besar antropologi kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, di Barus menemukan banyak mantra dan jampi-jampi di pustaha yang mengandung bahasa Cina, Yahudi, Sanskerta, sampai Arab. Maka buku Rusmin yang bertolak dari penelitiannya di Barus, Gerbang Agama-Agama Nusantara: Hindu, Yahudi, Ru-Konghucu, Islam & Nasrani, adalah sebuah buku penting untuk kajian sejarah agama di Nusantara.

BARUS adalah pintu masuk agama-agama. Tidak hanya menjadi awal pertama masuknya Islam sebelum Pasai dan Peureulak di Aceh, kota pelabuhan dagang di pesisir barat Sumatera ini juga diyakini sebagai pintu masuk agama-agama besar, seperti Hindu, Yahudi, Konghucu, dan Kristen. Buku Gerbang Agama-Agama Nusantara karya Rusmin Tumanggor, guru besar antropologi kesehatan Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini mengungkap peran sentral Barus dalam sejarah penyebaran agama di Nusantara.

Jejak keberadaan agama-agama besar itu dalam penelitian Rusmin tersurat pada mantra dan jampi yang dilafalkan para datu atau dukun pengobatan tradisional ala Barus. Selama lebih dari empat tahun sejak 1992, Rusmin meneliti bagaimana para datu di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, itu menjalankan ritual pengobatan. Dari penelitian untuk disertasi di Program Doktor Antropologi Kesehatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia itulah buku yang diterbitkan Komunitas Bambu pada Oktober 2017 tersebut bermula.

Barus menjadi pilihan Rusmin berdasarkan saran dari para pembimbingnya, seperti Parsudi Suparlan (almarhum), Boedhihartono, dan Subuh Budhisantoso. Menurut mereka, telah banyak kajian tentang Barus. Di kalangan ilmuwan pun Barus kerap disebut memiliki hubungan bisnis antarbangsa, terutama dalam perdagangan kapur barus dan rempah-rempah lain. "Barus itu penghubung antara Timur dan Barat, coba Anda teliti pengobatan tradisional di sana," ujar Rusmin mengulangi ucapan para pembimbingnya.

Pengobatan tradisional di Barus dijalankan oleh datu. Datu tidak hanya ahli mengobati, tapi juga memberikan bimbingan ke masyarakat untuk mengatasi permasalahan keseharian, misalnya menentukan kapan memulai tanam atau pergi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…