Sukar Berbiak Si Banteng Jawa

Edisi: 50/46 / Tanggal : 2018-02-11 / Halaman : 66 / Rubrik : LIN / Penulis : Ika Ningtyas, ,

AGUS Susanto mengeluarkan tiga ikat rumput gajah, yang panjangnya hampir setinggi tubuhnya, dari gudang penyimpanan persis pada tengah hari. Ia memasukkan dua ikat rumput ke kandang seluas 8.000 meter persegi yang berisi empat banteng Jawa (Bos javanicus javanicus). Doni, Tina, Tekad, dan Patih- nama banteng-banteng tersebut- langsung menyikat jatah makan siangnya dengan lahap.

Agus memasukkan satu ikat rumput lain ke kandang sebelahnya yang lebih kecil, 2.500 meter persegi. Di kandang itu, ada Ussy, Nina, dan Barja, yang tak kalah lahap menyantap rumput hingga tandas. "Sehari, mereka makan tiga kali, pagi, siang, dan sore," kata Agus, penjaga banteng tersebut, pada pertengahan Januari lalu.

Tak hanya menyiapkan makan, Agus juga memastikan pasokan air untuk ketujuh banteng itu selalu terisi. Agar banteng selalu bugar, minumannya pun dicampur pelbagai suplemen, dari bekatul, garam, tetes tebu, hingga vitamin. Kandang dibersihkan setiap hari dan disemprot dengan obat antilalat.

Ketujuh banteng Jawa itu adalah bagian dari program pembiakan semi-alamiah di Suaka Satwa Banteng di Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Program pembiakan itu dipusatkan di Wilayah 1 Bekol, sekitar 12 kilometer dari pintu masuk taman nasional yang dijuluki Africa van Java itu.

Bekol memiliki luas 12 ribu hektare, yang sepertiganya merupakan vegetasi padang rumput atau sabana. Di pusat pembiakan ini, ketujuh banteng ditempatkan dalam kandang berpagar kawat besi setinggi…

Keywords: -

---

Foto Terkait