Satu Perjalanan Tak Ugal-ugalan
Edisi: 51/46 / Tanggal : 2018-02-18 / Halaman : 34 / Rubrik : NAS / Penulis : Wayan Agus Purnomo, Alfan Hilmi, Devy Ernis
DI trotoar Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, tiga sopir angkutan kota M08 Tanah Abang-Kota beradu argumen tentang rencana penerapan One Karcis One Trip (OK OTrip) yang sedang disosialisasi pemerintah DKI Jakarta. Okun Z.R., Raudi, dan Abdul Rosyid, para sopir itu, sepakat program ini akan merugikan dan mereka akan menggalang tanda tangan sopir lain untuk menolak lewat tanda tangan di kertas yang sudah mereka cetak.
OK OTrip persis seperti kartu bus Transjakarta untuk angkutan kota. Penumpang bisa memakai satu tiket, karena itu hanya satu harga, ke semua jurusan dalam sehari. Pemerintah akan membayar para sopir berdasarkan waktu tempuh mereka dalam sehari untuk mencegah sopir angkutan ugal-ugalan karena tak lagi kejar setoran. Para sopir itu akan diberi gaji bulanan. Besarnya Rp 3,6 juta, sesuai dengan standar upah terendah di DKI.
Masalahnya, kata Okun, di daerah lain, seperti Cilincing dan Tanjung Priok, yang sudah melakukan uji coba, gaji acap telat dibayar. Para sopir terbiasa menerima pemasukan harian sehingga pengeluaran juga disesuaikan secara harian. Ketika digaji per bulan, mereka masih cemas jika pemerintah telat membayar gaji mereka. "Perbaiki dulu manajemennya,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?