Pada Sebuah Kapal.

Edisi: 03/47 / Tanggal : 2018-03-18 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Anton Septian, Raymundus Rikang, Bram Setiawan


TIGA laki-laki kulit putih melakukan aktivitas berbeda di buritan kapal pesiar
Equanimity tanpa berbicara. Seorang di antaranya, pria bertopi bucket dengan setelan celana pendek dan kaus putih, tampak membetulkan tangga. Suara bor berdengung di antara debur ombak perairan Tanjung Benoa yang membantun kapal.

Ia tak mempedulikan kehadiran Tempo yang berjarak 10 meter dari situ. Beberapa kali ia mengintip dari balik kacamata hitamnya, lalu melanjutkan pekerjaannya. Pria yang lain hanya mondar-mandir. Ia naik ke dek kedua, lalu turun lagi tak lama kemudian. Beberapa kali ia terlihat naik-turun tangga.

Seorang lagi tampak sibuk di perahu kecil yang ditambatkan pada Equanimity.
Setelah merapikan tali-temali di sekoci itu, ia kembali ke dalam kapal dan tak
kelihatan lagi. Sama seperti kedua rekannya, ia tak mengacuhkan Tempo yang berkali-kali mengitari Equanimity dengan kapal motor.

Pada Jumat siang pekan lalu, hanya tiga pria itu yang tampak di geladak. Padahal
kapal itu memuat 34 awak, termasuk kaptennya, Rolf Sieboldt-Berry. Di laut sekitar Equanimity buang sauh, yang terlihat hanya sejumlah turis melintas dengan menunggang jet ski berselang-seling dengan mereka yang terbang dengan paralayar.

Sejak dinyatakan disita oleh Kepolisian Republik Indonesia pada 28 Februari lalu,
Equanimity nyaris tak ke mana-mana. Kapal itu menambatkan jangkar sekitar
lima kilometer dari pesisir timur Desa Kelan, Badung, Bali. Hanya pada Selasa pekan lalu, yacht itu menjauh lebih ke tengah lagi untuk membuang limbah. Selebihnya berada di koordinat semula.

Dengan panjang 91,5 meter dan terdiri atas empat dek, kapal Equanimity tampak
mencolok meski dari kejauhan. Lambungnya memang berwarna serupa laut.
Tapi deknya yang tinggi dan berwarna putih membetot mata. Kendati aslinya
berbendera Kepulauan Cayman, pada siang itu di pucuk deknya berkibar panji
merah-putih.

Jumat pekan lalu, polisi tak lagi menginterogasi awak kapal. Menurut Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris
Besar Daniel Silitonga, pemeriksaan sudah rampung dan perkara segera diserahkan kepada Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI). “Kami sedang menyiapkan prosedur penyerahan kapal,” kata Daniel, Kamis pekan lalu.

Equanimity merupakan bukti penting pencucian uang yang diduga dilakukan
pengusaha Malaysia, Low Taek Jho alias Jho Low. Pria asal Penang ini disebut
sebagai kawan dekat Riza Aziz, anak tiri Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Low adalah mata rantai yang bisa menyeret Najib dalam skandal penyelewengan
dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB), lembaga investasi milik pemerintah
Malaysia.

Dalam berkas gugatan yang diajukan Departemen Kehakiman Amerika ke Pengadilan California, dana…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…